KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA KULTIVAR TANAMAN MANGGA
BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER MIKROSATELIT
Agus Zainudin1),
Maftuchah1), Chaireni Martasari2), Tri Joko Santoso3)
1) Pusat Pengembangan Bioteknologi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Jl. Raya Tlogomas 246‐Malang. e‐mail:aguszainudinumm@gmail.com
2) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub‐Tropika Tlekung Batu.
3)
4) Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik, Bogor.
ABSTRAK
Plasma nutfah tanaman mangga cukup besar dan diperkirakan
terdapat 292
kultivar mangga di Indonesia. Kebun koleksi plasma nutfah
tanaman mangga di
desa Cukurgondang‐Pasuruan memiliki koleksi tanaman mangga
sejumlah 282
klon dan 208 varietas. Program pemuliaan tanaman sangat
membutuhkan
informasi tentang keragaman genetik plasma nutfah, akan
tetapi saat ini belum
banyak informasi mengenai keragaman genetik kultivar
mangga secara
molekuler. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi
keragaman genetik
kultivar mangga (Manalagi 69, Golek 31, Arumanis 143,
Saigon 119, Sala‐250,
Madu Anggur 141, Sophia 243, dan Alphonso 315) dengan
menggunakan
penanda molekuler mikrosatelit DNA. Analisis PCR dilakukan
dengan
menggunakan 10 pasang primer mikrosatelit spesifik pada
tanaman mangga.
Hasil PCR menunjukkan kesepuluh primer tersebut dapat
mengamplifikasi DNA
kultivar mangga. Pola pita yang diperoleh dari hasil PCR 8
kultivar mangga
menggunakan penanda mikrosatelit dengan kesepuluh primer
tersebut berkisar
antara 2 sampai 9 pita dengan ukuran pita antara 72–1353
kb. Berdasarkan
analisis klaster menggunakan program NTSYS diperoleh dua
kelompok utama.
Kelompok pertama terdiri dari kultivar Sophia dan Golek
(koefisien 0,59),
kelompok kedua terdiri dari kultivar Arumanis, Madu
Anggur, Alphonso, Saigon,
Manalagi, dan Sala (koefisien 0,54). Kelompok kedua
terdiri dari 3 sub kelompok
yaitu kelompok Manalagi dan Sala (koefisien 0,61);
kelompok Alphonso dan
Saigon (koefisien 0,68); kelompok gabungan Alphonso‐Saigon
dan Madu Anggur
(koefisien 0,61). Kedua kelompok utama tersebut
menunjukkan kekerabatan
dengan koefisien 0,53.
Kongres Ketiga Komisi Daerah Sumber Daya Genetik
Hotel Singgasana, Surabaya – tanggal 3‐5 Agustus 2010
2
PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan FAO tahun 2004 Indonesia termasuk lima
besar
negara penghasil mangga, tetapi ekspornya paling rendah.
Meskipun ekspor
komoditas ini naik terus tiap tahun, tetapi proporsinya
belum memadai jika
dikaitkan dengan perkembangan panen buah mangga. Artinya
produksi masih
lebih besar untuk mencukupi konsumsi dalam negeri yang
baru mencapai 60,9%
dari rekomendasi FAO sebesar 65,75 kg/kapita/tahun. Luas
panen juga
berkembang cepat dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2004.
pada tahun 2004
luas panen 185.773 ha dengan produksi 1.437.665 ton. Pada
masa mendatang,
agribisnis mangga diperkirakan akan tetap mempunyai
peranan yang sangat
penting dalam menunjang tumbuhnya sektor perekonomian,
terutama dalam LENGKAPNYA DOWNLOAD DISINI
Tags
MAKALH BIOLOGI