PENGARUH LINGKUNGAN ALAM TERHADAPKEHIDUPAN MASYARAKAT



BAB I
A.    Latar Belakang
Ligkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan mempunyai peran penting bagi manusi, dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan materinya.
 Membahas tentang masyarakat berarti membahas tentang kehidupan sosial dan budayanya, kebudayaan, lingkungan dan segala aspek yang menyangkut masyarakat dan lingkungannya. Kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. baik itu dari ingkungan desa, kota maupun pesisir. Dari lingkungan yang berbeda tersebut juga mengakibatkan perbedaan pada pengaruh yang berbeda terhadap kehidupn masyarakatnya. Mulai dari pengaruh sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi, dll.
B.       Rumusan Masalah
1.      Pengaruh lingkungan agraris terhadap lingkungan masyarakat.
2.      Pengaruh lingkungan pesisir terhadap lingkungan masyarakat.
3.      Pengaruh lingkungan kota terhadap lingkungan masyarakat.
C.      Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan pengaruh lingkungan agraris terhadap kehidupan masyarakat.
2.      Menjelaskan pengaruh lingkungan pesisir terhadap kehidupan masyarakat.
3.      Menjelaskan pengaruh lingkungan kota terhadap kehidupan masyarakat.
D.      Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh lingkungan alam terhadap kehidupan masyarakat.
BAB II
A.    Pengaruh Lingkungan Desa terhadap Kehidupan Masyarakat
1.      Pengertian lingkungan desa
Pengertian desa adalah suatu perwujudan/kesatuan goegrafi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultural dalam hubungannya dan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. (R. Bintarto).
      Menurut UU no. 5 tahun 1979, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan NKRI.
Sedangkan menurut UU No. 22 tahun 1999 (pasal 1), desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten.
2.      Ciri-ciri kehidupan masyarakat desa
Beberapa ciri kehidupan desa antara lain:
a.       Mempunyai wilayah sendiri,
b.      Mempunyai sistem masyarakat sendiri,
c.       Kehidupannya sangat erat dengan lingkungan alam,
d.      Sifat gotong royong masih tertanam kuat pada warga masyarakat desa,
e.       Masyarakat desa merupakan suatu paguyupan (gemeinschaft) yaitu gaya hidup berdasarkan ikatan kekeluargaan yang kuat,
f.       Struktur ekonominya bersifat agraris,
g.      Proses sosial berjalan lambat,
h.      Kehidupan bersifat tradisional,
i.        Tata pemerintahannya dipimpin oleh kepala desa yang dipilih oleh rakyatnya,
j.        Masyarakat desa pada umumnya masih memegang norma-norma agama secara kuat,
k.      Kehidupan petani bergantung pada musim,
l.        Daerah tersebut merupakan suatu kesatuan sosial dan kaesatuan kerja,
m.    Jumlah penduduk relatif kecil dan wilayah relatif luas,
n.      Ikatan kekeluargaan masih erat dalam hidup masyarakatnya,
o.      Sosial kontrol ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal (hukum adat),
p.      Penduduknya kebanyakan berpendidikan rendah.
3.      Unsur desa
a.       Penduduk
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memahami suatu desa kaitannya dengan penduduk antara lain jumlah penduduk, kelahiran, tingkat kematian, persebaran penduduk, kepadatan, pertumbuhan, perbandingan jenis kelamin, mata pencaharian dan struktur penduduk.
b.      Wilayah
Suatu wilayah pedesaan memiliki daerah tersendiri dengan berbagai aspeknya seperti lokasi, luasan, bentuk lahan, keadaan tanah, keadaan tata air dan sebagainya.
c.       Tata kehidupan
Tata kehidupan berkaitan erat dengan adat istiadat, norma-norma yang berlaku di desa tersebut. Pengaturan sistem pergaulan warga masyarakat dan pola-pola budaya yang ada di desa tersebut.
4.      Potensi desa
a.       potensi fisik
1)      manusia
manusia sebagai potensi sumber tenaga kerja di desa. Manusia memiliki kemampuan untuk mengolah apa yang tersedia di dalam untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2)      Air
Di pedesaan, air yang tersedia di dalam digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian dan perikanan.
3)      Iklim dan angin
Iklim dan angin mempunyai peranan penting bagi desa agraris, karena dapat dimanfaatkan sebagai penggerak kincir angin untuk pengairan. Iklim berpengaruh terhadap pola bercocok tanam untuk penyediaan bahan pangan.
4)      Tanah
Tanah berfungsi sebagai sumber potensi yang sangat penting di pedesaan karena digunakan sebagai media tumbuhnya tanaman pertanian. Selain itu di dalam tanah juga tersimpan sumber mineral dan bahan tambang.
b.      Potensi non fisik
1)      Aparatur desa, sebagai sumber kelancaran jalannya pemerintahan.
2)      Lembaga sosial serta lembaga pendidikan sebagai potensi positif bagi pembangunan desa.
3)      Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong sebagai kekuatan untuk berproduksi dan pelaksanaan pembangunan.
5.      Pengaruh lingkungan desa bagi kehidupan mayarakat
a.       Pengaruh sistem ekonomi pertanian terhadap sistem sosial
Pengaruh sistem ekonomi pertanian terhadap sistem ekonomi berkaitan erat dengan faktor teknologi dan sistem uang kapitalisme. Masyarakat petani yang belum menggunakan teknologi modern dan belum menggunakan uang dalam sistem perekonomian mereka, maka dalam kehidupan sosialnya ditandai adanya hubungan – hubungan akrab, informal, serta bebas santai, karena dengan tidak adanya teknologi modern tercipta kondisi yang  membuat mereka saling tolong menolong dan gotong royong. Namun, kerukunan dan solidaritas yang kuat pada masyarakat desa sebenarnya tidak hany tercipta oleh adanya tuntutan kerjasama langsung, melainkan juga disebabkan kesamaan yang ada pada mereka seperti sama - sama kaum petani, sama – sama tinggal di desa yang sama. Kerukunan dan gotong royong diantara para petani ini semakin luntur dengan adanya penggunaan teknologi diantara mereka. Hal ini dapat di mengerti karena dengan teknologi modrn memudahkan penggunanya dalam bertani dan tidak megurangi hasi pertanian malah menguntungkannya, serta hanya menggunakan sedikit tenaga kerja manusia. Akibat hubungan emosional diantara para petani ini semakin luntut bahkan hilang.
b.      Pengaruh sistem sosial terhadap sistem ekonomi pertanian
Inti dari pola keudayan petani bersahaja adalah subistensi dan tradisionalisme. Kedua inilah sebagai faktor penghambat terlaksananya proses modernisasi pertanian dikalangan masyarakat petani desa. Komersialisasi sulit dikembangkan dalam masyarakat semacam ini, karena mereka setiap hari dalam hubungannya menggunakan rasionalitas sosial.
B.     Pengaruh Lingkungan Pesisir terhadap Kehidupan Masyarakat
1.      Pengertian lingkungan pesisir
Secara teoritis, masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensu dan kondisi sumber daya pesisr dan lautan. Secar luas, masyarakt pesisir adalah masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan.
Masyarakat pesisr khususnya masyarakat nelayan memiliki perilaku yang berbeda dengan masyarakat petani/agraris. Perbedaan ini sebagian besar disebabkan karena karakteristik sumber daya yang menjadi input utama bagi kehidupan sosial ekonomi mereka. Masyarakt nelayan akrab dengan ketidakpastian yang tinggi karena secara alamiah sumber daya perikanan bersifat invisible sehingga sulit untuk diprediksi. Sedangkan masyarakat agraris memiliki sumebr daya yang pasti dan visible sehingga lebih mudah untuk diprediksi terkait dengan ekspetasi sosial ekonomi masyarakat.
2.      Pengaruh lingkungan pesisir terhadap kehidupan masyarakat
Pada umumnya masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam, sehingga teknologi memanfaatkan sumber daya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi wilayah pesisir. Kehidupan sosial masyarakat pesisir yang satu dengan yang lainnya tidak berbeda jauh. Misalnya rendahnya pendidikan, produktivitas yang sangat tergantung pada musim, terbatasnya modal usaha, kurangnya sarana penunjang, buruknya mekanisme pasar dan lamanya transfer teknologidan komunikasi yang mengakibatkan pendapatan masyarakat pesisir menjadi tidak menentu.
C.     Pengaruh Lingkungan Kota terhadap Kehidupan Masyarakat
1.      Pengertian kota
Menurut  Prof. Bintarto, kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengn gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup padat dan besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dengan daerah belakangnya (hinterlnd). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 tahun 1980 menyebutkan bahwa kota dapat dibagike dalam dua pegertian, yaitu pertama, kota sebagai suaatu wadah yang memiliki batasan administrasi sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Kedua, kota sebagai suatu ligkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan, dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pemukiman.
Berdasarkan pengertian di atas kaitannya dengan pusat kegiatan, maka kota merupakan daerah pusat keramaian karena di dalamnya berbagai pusat kegiatan manusia (di luar pertanian) terdapat di sini seperti pusat industri baik industri besar sampai industri kecil, pusat perdagangan mulai dari pasar tradisional sampai regional dan pusat pertokoan, pusat sektor jasa dan pelayanan masyarakat seperti rumah sakit, pusat pedidikan, pusat pemerintahan, pusat hiburan dan rekreasi, dan lai sebagainya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota itu sendiri dan daerah-daerah di sekitarnya. Karena lengkapnya fasilitas yang disediakan oleh kota menjadikannya sebagai tempat pemusatan penduduk. Sehingga dalam seari-harinya kota sangat sibuk dan merupakan suatu kekomplekan yang khusus.
2.      Ciri-ciri kota
a.       Pelapisan sosial ekonomi
b.      Individualisme
c.       Kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada sesamanya.
d.      Pelapisan sosial
e.       Kehidupan keagamaan yang terjadi pada masyarakat kota cenderung berkurang, hal ini dikarenakan masyarakat kota lebih mementingkan kehidupan duniawinya.
f.        Masyarakat kota membagi pekerjaan dengan lebih tegas, pekerjaan dan aktivitas warga warga kota memperngaruhi ruang lingkup pergaulan mereka sebagai contoh pegawai negeri lebiih banyak bergaul dengan rekannya diabanding dengan pedagang kaki lima atau pelajar.
g.      Pembagian kerja pada masyarakat kota sudah lebih meluas karna sudah ada macam macam kegiatan industri.
h.      Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota yang mengakibbatkan pentingnya faktor waktu bagi masyarakat kota.
i.         Perubahan sosial terlihat jelas dikota, hal ini dikarenakan kota terbuka menerima perngaruh dari luar.
(Sumber : Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk ; 19197 ; MKDU Ilmu Sosial Dasar ; Universitas.
3.      Pengaruh lingkungan terhadap kehidupan masyarakat
a.       Dilihat dari segi ekonominya
Struktur penduduk kota dapat dilihat dari berbagai jenis mata pencaharian penduduk kota. Jenis mata pencaharian penduduk kota yang ada yaitu di lluar bidang pertanian seperti perdagangan, kepegawaian, jasa dan industri. Interaksi kota dalam bidang ekonomi terlihat dengan adanya lapangan perdagangan, transportasi, dan komunikasi. Tingkat harga barang relatif sama, sehingga masing-masing kota dapat tukar menukar berbagai barang kebutuhan yang diperlukan. Sedangkan kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan perdagangan di kota juga lebih teratur. Misalnya, terdapat pasar-pasar, bank-bank, stasiun dan lainnya yang banyak memasukkan uang bagi kota sehingga dapat dipergunakan untuk pembiayaan pemeliharaan kota.
b.      Dilihat dari segi sosialnya
Kota sebagai ciri sosial dapat dkemukakan sebagai berikut:
1)      Pelapisan sosial kota, Perbedaan tingkat pendidikan dan status sosial dapat menimbulkan suatu keadaan yang heterogen. Heterogenitas tersebut dapat berlanjut dan memacu adaya persaingan, lebih-lebih apabila jumlah penduduk di kota semakin bertambah banyak, dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka ragam terjadilah berbagai spesialisai di bidang keterampilan maupun bidang jenis mata pencaharian. Dalam hal ini, pelapisan sosial ekonomi dapat ditemukan sebagai satu ciri sosial di kota.
2)      Individualisme, perbedaan status sosial ekonomi maupun cultural dapat menumbuhkan sifat “individualisme” sifat kegotong royongan yang murni sudah jarangdapat dijumpai di kota. Dalam hal ini pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam ukuran waktu yang lama sudah mulai jarang terjadi, karena komunikasi lewat telepon sudah menjadi alat penghubung yang bukan lagi merupakan suatu kemewahan. Selain itu tingkat pendidikan warga kota cukup tinggi, sehingga segala persoalan dapat diusahakan dapat diselesaikan secara perorangan atau pribadi tanpa meminta pertimbangan pihak lain. Walaupun demikian, bangsa Indonesia dengan falsafa, jiwa dan pandangan pancasilanya tidak mudah meninggalkan cara hidup gotong-royong yang sudah berakar lama dan telah menjadi ciri dan pola hidup bangsa Indonesia (Bintarto:1980).
3)      Toleransi sosial. Kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada sesamanya. Apabila ini berlebihan maka mereka akan mempunyai sifat tak acuh atau kurang mempunyai toleransi sosial. Di kota masalah ini dapat diatasi dengan adanya lembaga atau yayasan yang berkecimpungan dalam hal ikhwal kemasyarakatan.
4)      Jarak sosial. Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya cukup tinggi. Biasanya sudah melebihi 10.00 orang/km2. Jadi secara fisik di jalan, di pasar, di toko, di bioskop dan di tempat yang lain warga kota berdekatan tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan.
5)      Penilaian sosial. Perbedaan status, perbedaan kepentingan dan situasi kondisi kehidupan kota mempunyai pengaruh terhadap sistem penilaian yang berbeda mengenai gejala-gejala yang timbul di kota. Penilaian dapat didasarkan pada latar belakang pendidikan, dan pada latar belakang filsafat.
c.       Dilihat dari segi aspek perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi sagat mempengaruhi dunia industri. Revolusi idustri dan elektrifikasi menyebabkan orang bebas memilih tempat tinggal. Radio, televisi, internet dan alat-alat pengankutan bermotor mempunyai peran penting yang tida dapat diabaikan dalam proses perkembangan kota. Daerah perkotaan atau urban areas dapat menjadi lebih luas, karena faktor jarak tidaklah menjadi masalah penghambat lagi. Kota merupakan tempat utama di sebuah daerah yang mengadopsi canggihnya teknologi. Teknologi sangat berperan dalam setiap aktivitas masyarakat disebuah perkotaan. Hampir semua aktivitas terdapat peran teknologi di dalamnya. Komunikasi dan transportasi yang merupakan kegiatan vital sudah sagat dipermudah oleh teknologi. Handphone, pengiriman email melalui internet, menjangkau daerah yang jauh (luar daerah) dapat dijangkau dengan cepat menggunakan pesawat. Teknologi perkotaan tidak hanay berperan untuk komunikasi, transportasi dan industri saja, akan tetapi dalam hal kesehatan masyarakat perkotaan sudah memanfaatkan penemuan-penemuan dari teknologi. Oleh karena itu dampak dari teknologi, baik untuk perkembangan sebuah kota yaitu membuat aktivitas lebih baik, cepat, flexibel, dan kualitas kesehatan meningkat dengan penggunaan teknologi yang tepat guna.
d.      Dilihat dari aspek budaya. Budaya merupakan sebuah hasil dari kegiatan manusia yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga tela berakar di lingkungan masyarakat. Kebudayaan di kota tentunya lebih komplek di bandingkan dengan daerah pedesaan, karena kota merupaka daerah sentral kegiatan di mana dapat menarik semua lapisan masyarakat baik berasal dari daerah tersebut, maupun dari daerah lain yang menawarkan sejuta kemungkinan seperti yang dapat kita ambil contoh yaitu kota Jakarta, yang merupakan kota metropolitan. Di kota Jakarta terdapat banyak budaya yang terpengaruh satu sama lain, karena merupakan tempat berkumpulnya banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Semakinbanyak suatu kota dihuni oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda maka kota tersebut akan tumbuh dengan budaya yang komplek juga.
Seperti yang kita ketahui kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yag lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan. Sedangkan masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisai yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi.
e.       Dilihat dari aspek politik
Kota merupakan pusat dari kegiatan daerah disekelilingnya, dapat kita ambil contoh, sebuah provinsi memiliki sebuah ibukota provinsi yang merupakan kota bagi kabupaten-kabupaten di dalamnya. Kota yang memegang otonomi daerah memiliki sebuah sistem demokrasi yang menghantarkan kegiatan-kegiatan di dalamnya menjadi terstruktur dan terorganisasi.
Politik di kota lebih komplek dibandingkan yang terjadi di desa. Seringkali terjadi persaingan perebutan kekuasaan dalam kancah politik di perkotaan. Hal ini memberikan dampak positiv maupun negativ dalam perkembangan kota itu sendiri. Positiv, yaitu persaingan dalam kegiatan politik menuntut manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya agar dapat bersaing dengan yang lainnya sehingga terjadilah peningkatan pendidikan. Akan tetapi dampak negativnya adalah persaingan  politik yang terjadi di kota sering kali dilakukan secara tidak senat. Banyak oknum politik yang menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan keinginan pribadi atau organisasinya. Ini menumbuhkan sebuah dilema budaya yang tidak sehat, yang sekarang banyak kita kenal dengan budaya KKN. (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).





BAB III
A.  Kesimpulan
1.      Pengertian desa itu sendiri adalah suatu perwujudan/kesatuan goegrafi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultural dalam hubungannya dan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. (R. Bintarto).
2.      Ciri-ciri kehidupan masyarakat desa: mempunyai wilayah sendiri, mempunyai sistem masyarakat sendiri, kehidupannya  erat dengan lingkungan alam, sifat gotong royong  tertanam kuat, merupakan suatu paguyupan, struktur ekonominya bersifat agraris, proses sosial berjalan lambat, kehidupan bersifat tradisional, tata pemerintahannya dipimpin oleh kepala desa, masih memegang norma-norma agama secara kuat, kehidupan petani bergantung pada musim, merupakan suatu kesatuan sosial dan kaesatuan kerja, jumlah penduduk relatif kecil dan wilayah relatif luas, ikatan kekeluargaan masih, sosial kontrol ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal (hukum adat), penduduknya kebanyakan berpendidikan rendah.
3.      Unsur desa: penduduk, wilaya dan tata kehidupan
4.      Potensi desa
a.       Potensi fisik: manusia, air, iklim dan angin, tanah.
b.      Potensi non fisi: aparatur desa, lembaga sosial serta lembaga pendidikan, masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong sebagai kekuatan untuk berproduksi dan pelaksanaan pembangunan.
5.      Pengaruh lingkungan desa bagi kehidupan mayarakat:
a.       Pengaruh sistem ekonomi pertanian terhadap sistem sosial
b.      Pengaruh sistem sosial terhadap sistem ekonomi pertanian
6.      Secara teoritis, masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan.
7.      Pengaruh lingkungan pesisir terhadap kehidupan masyarakat:
a.       mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam,
b.      teknologi adaptif dengan kondisi wilayah pesisir,
c.       pendidikan rendah,
d.      produktivitas sangat tergantung pada musim,
e.       terbatasnya modal usaha,
f.       kurangnya sarana penunjang,
g.      buruknya mekanisme pasar dan
h.      lamanya transfer teknologidan komunikasi.
8.      Pengertian kota, Menurut  Prof. Bintarto, kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengn gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup padat dan besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dengan daerah belakangnya (hinterlnd).
9. Ciri sosial kehidupan masyarakat kota, antara lain: pelapisan ssosial ekonomi, individualisme, kesibukan masing-masing warga kota sehingga dpt mengurangi perhatian pada sesama, jarak sosial, pelapisan sosial.

DAFTAR PUSTAKA
            (Diakses tanggal 13 September 2012).
Bintarto, R, Prof. Drs.1983.Interaksi Desa-Kota dan Permsalahannya.Ghalina Indonesia: Jakarta. (online).
Bintarto, Interaksi Desa Kota dan permasalahannya. penerbit Golia Indonesia. 1989. (online).
http://hibaj-ilyassblog.blogspot.com/2011/06/kehidupan-sosial-ekonomi-masyarakat.html.              (Diakses tanggal 14 September 2012).
Harwantiyoko, Neltje F.Katuuk ; 19197 ; MKDU Ilmu Sosial Dasar ; Universitas. (online) (http://bukan-punyasaya.blogspot.com/2012/01/masyarakat-kota.html).
Lebih baru Lebih lama