PENERAPAN BIMBUNGAN DAN KONSELING TERHADAP SISWA LAMBAT BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

            Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tinggi derajatnya, oleh karena itu manusialah yang dikaruniai suatu kemampuan berfikir atau intelek. Sehingga karunia yang paling tinggi tersebut wajib dikembangkan menurut bakat dan kemampuannya.
            Mengingat pentingnya pengembangan intelek atau berfikir, maka pendidikan sebagai jalan yang paling universal dan merupakan titik sentral dalam segala pembinaan untuk menuju masa depan yang baik.
            Oleh karena itu, keberhasilan siswa dalam proses belajar cenderung berpengaruh pada pendidikan selanjutnya, apabila sejak SD siswa diberikan layanan dan bimbingan konseling secara optimal, diharapkan membawa dampak positif bagi kegiatan pendidikan selanjutnya.
     Peran guru sebagai pengelola utama kegiatan belajar dalam tugasnya sebagai pendidik, guru bertugas mengembangkan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai siswa secara optimal. Sebagai pembimbing, guru adalah pribadi pertama dalam membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Dengan demikian tugas guru bukan hanya terbatas pada pengalihan (transfer) berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan siswanya, tetapi juga harus mampu membantu siswa memecahkan masalah yang dialaminya. Karena itu guru dituntut untuk dapat memahami dan mengenali masalah siswa di kelasnya. Berbagai permasalahan yang dialami anak meliputi : Putus sekolah dan atau mengulang kelas, tuna cakap belajar, perasaan tidak aman, tidak mampu menyesuaikan diri, tidak memiliki keterampilan sosial, tergantung pada kehadiran orang tua, sikap bermusuhan serta berperilaku destruktif (Ahamn, 1998; Cony Serniawan, 1998; Fuad Hasan, 1998; Hafidz Abas, 1988).


      

1.2         Rumusan Masalah
            Adapun rumusan makalah “ Penerapan Bimbingan dan Konseling Terhadap Siswa             Lambat Belajar di Sekolah Dasar “
1.2.1         Apa pengertian Bimbingan dan Konseling ?
1.2.2         Apa pengertian siswa lambat belajar ?
1.2.3         Bagaimana cara mengidentifikasi siswa lambat belajar ?
1.2.4         Bagaimana penerapan bimbingan konseling terhadap siswa lambat belajar ?

1.3         Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah “Penerapan Bimbingan dan Konseling Terhadap Siswa Lambat Belajar di Sekolah Dasar “ :
1.3.1             Untuk mengetahui apa yang dimaksud Bimbingan dan Konseling.
1.3.2             Untuk mengetahui apa yang dimaksud siswa lambat belajar.
1.3.3             Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi siswa lambat belajar.
1.3.4             Untuk mengetahui bagaimana penerapan bimbingan konseling terhadap siswa lambat belajar.

1.4         Batasan Masalah
Pemaparan makalah ini hanya dibatasi pada ruang lingkup Bimbingan dan Konseling di sekolah dasar.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Bimbingan dan Konseling
         
               Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kekaburan serta untuk memberikan pengertian secara sistimatis, sehingga akan lebih jelas untuk menelaah arti dari judul makalah ini.

2.1.1        Pengertian Bimbingan
            Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social (Jear Book of Education, 1955).
            Berdasarkan pengertian di atas, bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya. Atau dengan kata lain “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya”.

2.1.2        Pengertian Konseling
            “Counseling may therefore, be defined as person to person process in which one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet his problems” (Donald G. Morteson & Alan M. Schmuller, 1976).
            Artinya : “Konseling dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan seorang , dimana yang seorang dibantu oleh yang lain untuk meningkatkan dan kemampuannya dalam menghadapi masalahnya”.
            Apabila di sekolah dasar, konseling dapat diartikan sebagai hubungan tatap muka antara guru & murid untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi.


2.2         Pengertian Siswa Lambat Belajar
         
                      Siswa lambat belajar (slow learner) adalah siswa yang memiliki intelegensi atau kemampuan dasarnya di bawah intelegensi siswa normal (dull normal) dengan intelegensi sekitar 70-90. Pada kenyataannya anak lambat belajar sering mengalami kegagalan dalam belajar. Anak tersebut lambat belajar  dan membutuhkan waktu belajar yang lebih banyak bila dibandingkan dengan anak normal. Anak ini akan sulit menerima pelajaran di sekolah. Anak dengan masalah ini biasanya kurang dapat bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah dan sering menjadi cemoohan.
                      Siswa lambat belajar dapat memasuki Sekolah Dasar, akan tetapi memerlukan bimbingan khusus secara terus-menerus dari guru. Perhatian, ketekunan, kreativitas, dan kesabaran guru diperlukan untuk membimbingnya. Di SD sering kita temui, oleh karena itu diperlukan pengamatan guru yang teliti untuk mengetahui dan keterampilan yang profesional untuk membimbingnya.

                      Siswa yang lambat belajar (slow learner) cenderung memiliki ciri sebagai berikut :
1.     Intelegensinya rendah atau di bawah rata-rata (normal)
2.     Tidak dapat memusatkan perhatian (anattention)
3.     Terbatasnya kemampuan untuk menilai bahan-bahan pelajaran yang relevan
4.     Terbatasnya kemampuan untuk mengarahkan diri
5.     Terbatasnya kemampuan dalam membuat kesimpulan atau yang bersifat abstrak
6.     Lambat dalam melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan pengertian
7.     Sukar untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajari dalam situasi baru
8.     Waktu untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran cukup lama, akan tetapi cepat    lupa. Ia cepat sekali melupakan hal-hal yang telah dipelajari
9.      Kurang mempunyai inisiatif Tidak dapat menciptakan dan memiliki pedoman belajar atau pedoman kerja           sendiri
10.    Kurang memiliki kesanggupan untuk menemukan kesalahan yang telah dibuatnya
11.    Kurang mempunyai daya cipta (kurang kreatif)
12.    Tidak mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisa atau    memecahkan sesuatu persoalan atau berpikir kritis
13.    Emosinya kurang terkendali
14.    Perasaannya mudah terpengaruh oleh orang lain atau oleh lingkungannya
15.    Tidak memiliki kesanggupan untuk menggunakan proses mental yang tinggi
16.    Tidak memiliki pendirian

2.3         Cara Mengidentifikasi Siswa Lambat Belajar
    
                      Siswa lambat belajar dapat diidentifikasi melalui penilaian pendidikan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan psikologis, dan pengungkapan pengembangan sosial siswa.
2.3.1        Penilaian pendidikan. Penilaian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang siswa, meliputi :
a). Prestasi belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran tiap-tiap mata                 pelajaran dasar, kesulitan yang dialami dan bantuan yang telah diterima
b). Tingkat perkembangan bahasa dan pembicaraan siswa
c). Sikap sosial dan emosional siswa di dalam dan di luar sekolah
d). Minat dan sikap terhadap sekolah
e). Riwayat pendidikan sebalumnya, meliputi perubahan-perubahan sekolah dan                     kehadirannya
f). Minat dan latar belakang pengetahuan siswa.
2.3.2     Pemeriksaan kesehatan, meliputi keadaan kesehatan pada umumnya, penyakit yang pernah diderita, penglihatan, pendengaran, hidung, tenggorokan, dan system syaraf.
2.3.3     Pemeriksaan psikologis, meliputi : intelegensi, kekuatan dan kelemahan intelektual, sikap dan sifat-sifat pribadi lainnya dengan menggunakan tes psikologis.
2.3.4     Pengungkapan taraf pengembangan sosial siswa seperti suasan emosional, masalah yang pernah dialami terhadap kemampuan siswa dengan menggunakan observasi.

2.4         Penerapan Bimbingan Konseling Terhadap Siswa Lambat Belajar
                      Secara umum kemungkinan-kemungkinan bantuan yang dapat diberikan  kepada siswa lambat belajar antara lain : pemberian informasi secara lisan, layanan penempatan, latihan, pengajaran remedial, konsultasi dengan orang tua siswa. Kelima bantuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

2.4.1        Pemberian Layanan Informasi
            Tujuan pemberian layanan informasi adalah untuk memberikan berbagai keterangan yang dibutuhkan siswa sesuai dengan masalah yang dialami. Jerome Rosner (1993) mengungkapkan petunjuk untuk mencapai tujuan tersebut layanan ini hendaknya memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut :
a).   Pahami dan pastikan bahwa siswa memiliki pengetahuan factual yang diperlukan dalam memahami bahan ajar.
b).   Batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada      bahan atau sub pokok bahasan, dan sampaikan sedikit demi sedikit, jika perlu dengan jembatan keledai.
c).   Sajikan informasi secara jelas tentang apa yangharus dipelajari.
d).   Nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan   dengan informasi yang telah dimiliki siswa.
e).   Jika siswa sudah mampu menguasai unit kecil (sub pokok bahasan)    perkenlkan dia pada unit yang lebih besar.
f).   Siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam   ingatan siswa.
g).   Lakukan drill dan latihan yang paling efektif jika perlu siswa diminta mengatakan atau menuliskan apa yang dia lihat dan dengar.

2.4.2        Layanan Penempatan
            Layanan penempatan dan penyaluran ialah kegiatan pembimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan cirri-ciri pribaadinya. Tujuan layanan penempatan adalah membantu siswa agar dapat memiliki penyesuaian kepribadian yang lebih baik sehubungan dengan lingkungan sekolah. Kegiatan pelayanan penempatan ini ialah memberikan bantuan dalam hal : pembentukan kelompok belajar; pembentukan kelompok kegiatan; kegiatan ekstrakurikuler; penempatan tempat duduk di kelas; penempatan dalam situasi tertentu yang dapat memecahkan masalah (dalam pengajaran remedial) dan penempatan dalam kelompok khusus lainnya.

2.4.3        Latihan
            Latihan merupakan kegiatan yang sudah direncanakan dan kegiatan itu dilakukan secara berulang-ulang sampai tercapai tujuan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini tujuan merupakan perilaku, kebiasaan, sikap dan keterampilan yang diinginkan. Jadi latihan ini berfungsi mengubah perilaku, sikap dan kebiasaaan lama yang tidak baik dan dianggap penghambat perkembangan anak menjadi sikap, kebiasaan dan perilaku yang baik. Materi latihan harus disesuaikan dengan permasalahan anak dan caranya harus disesuaikan dengan kepribadian anak. Oleh karena itu, dalam melatih dibutuhkan kesabaran dan keterampiln guru.

2.4.4        Pengajaran Remidial
            Dengan melalui pengajaran remedial dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar-mengajar. Hal-hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran remedial, antara lain :
a). Perumusan tujuan
b). Penggunaan metode
c). Cara-cara belajar
d).     Materi dan alat pelajaran
e). Evaluasi, dan
f). Segi-segi pribadi siswa





2.4.5        Konsultasi Dengan Orang Tua Siswa
            Konsultasi dengan orang tua siswa dianggap paling banyak manfaatnya dalam membantu kesulitan yang dialami siswa lambat belajar. Konsultasi ini dimaksudkan untuk mendiskusikan kesulitan yang dihadapi anak, member saran-saran bagaimana sebaiknya memberikan layanan kepada anak belajar dan memberikan motivasi dan cara-cara belajar yang efektif dan efisien.


























BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
              Dari pembahasan yang dikemukakan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
3.1.1    Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh guru terhadap siswa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan atau kesukaran-kesukaran yang dialaminya
3.1.2    Konseling  adalah suatu hubungan tatap muka antara guru & murid untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi.
3.1.3    Siswa lambat belajar adalah siswa yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata intelegensi siswa normal.
          3.1.4    Cara mengidentifikasi siswa lambat belajar adalah melalui penilaian   pendidikan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan psikologis, dan            pengungkapan             pengembangan sosial siswa.

3.2     Saran-saran
              Adapun saran yang disampaikan adalah hendaknya seorang guru lebih sabar dan tabah dalam mendidik siswa serta membimbingnya dalam proses pembelajaran. Serta selalu berusaha meningkatkan kualitasnya dalam mendidik.












DAFTAR PUSTAKA

Mapiare Andi, Drs. 1984. Pengantar Bimbingan dan Konseling Di sekolah.Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.

Ahmadi Abu, Drs. H..1991.Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.Jakarta : Gramedia.

Depdikbud.2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi.Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.Jakarta: Pusat Kurikulum, Depdiknas.

Winkel W.S. 1991.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo.
Lebih baru Lebih lama