MAKALAH TENTANG JAMUR

BAB I
PENDAHULUAN
  1. A.      Latar Belakang
Dalam pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga ilmu biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep, penemuan pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar beserta isinya yang terdiri dari dua macam yaitu makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik).
Ruang lingkup yang dipelajari dalam biologi sangat luas, agar mudah mepelajarinya biologi dibagi menjadi berbagai cabang ilmu berdasarkan bidang yang dipelajari seperti mikologi, dimana mikologi yaitu ilmu yang  mempelajari tentang jamur serta peranannya bagi kehidupan manusia. Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
  1. B.       Rumusan Masalah 
         Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
  1. Pengertian mikologi secara umum ?
  2. Bagaimana cir-ciri dari jamur/fungi ?
  3. Bagaimana struktur tubuh jamur/fungi ?
  4. Bagaimana cara hidup dan habitat fungi?
  5. Reproduksi jamur/fungi ?
  6. Klasifikasi fungi dan peranannya ?

  1. C.    Tujuan  
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
  1. Untuk mengetahui mengetahui pengertian mikologi sebagai ilmu
  2. Untuk mengetahui ciri-ciri jamur
  3. Untuk mengetahui struktur tubuh jamur/fungi
  4. Untuk mengetahui cara hidup dan habitat fungi
  5. Reproduksi jamur/fungi
  6. Klasifikasi fungi dan perananya dalam kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
  1. A.      Pengertian Mikologi
Mikologi  Berasal dari bahasa Yunani Mykes yang berarti Jamur dan Logos yang    berarti Ilmu.  Mikologi merupakan ilmu yang  mempelajari tentang jamur. Dalam bahasa Inggris  Jamur disebut Fungi / Fungus. Kajian dalam mikologi antara lain meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan jamur dam kehidupan manusia. Seiring perkembangan teknologi jambur banyak digunakan dalam bioteknogi, misalnya pembuatan tempe, pembuatan pesellin.

  1. B.       Ciri-Ciri Jamur
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa jenis- jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh para ahli.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofi t) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya jamur ini hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu yang telah lapuk.
Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif.
Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki kemampuan hidup yang sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22oC – 30oC. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan subur pada temperatur sekitar -5oC. Jamur juga dapat hidup pada tempat yang mengan dung gula atau garam. Dan sifat umum lainnya adalah jamur mampu memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri.
  1. C.      Struktur Tubuh Jamur
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal apakah suatu organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha).
Jamur merupakan organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon: inti), yaitu organisme yang inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, bulat telur, maupun memanjang. Pada jamur bersel banyak (multiseluler) banyak terdapat deretan sel yang membentuk benang, disebut hifa. Pada jamur yang sifat hidupnya parasit, hifa mengalami modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan organ untuk menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini memiliki kemampuan untuk menembus jaringan substrat.
Beberapa jaringan hifa akan membentuk miselium. Miselium merupakan tempat pembentukan spora dan juga sebagai alat reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan. Hifa juga bisa membentuk struktur yang disebut badan buah.  Badan buah merupakan kumpulan hifa yang muncul dari dalam tanah atau kayu yang lapuk. Badan buah dijumpai pada kelompok jamur tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal adanya hifa aseptat, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sito- plasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut soenositik.. Hifa jamur bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan) dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi).

  1. 1.         Hifa aseptat atau hifa tidak bersepta
yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum. Istilah lain dari hifa tipe ini adalah soenositik. Hifa tersebut dapat dijumpai misalnya pada Rhizopus oryzae dan Mucor mucedo.



  1. 2.         Hifa septat uninukleus atau hifa bersepta berinti tunggal
yaitu hifa yang disusun oleh sel-sel berinti tunggal dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi ruang-ruang, dan setiap ruang memiliki satu inti sel. Meskipun demikian, inti sel dan sitoplasma dari ruang yang satu dapat berpindah ke ruang lainnya. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pori pada sekat-sekat tersebut. Hifa tipe ini dapat dijumpai misalnya pada Puccinia graminis.
  1. 3.         Hifa septat multinukleus atau hifa bersepta berinti banyak
yaitu hifa yang disusun oleh sel-sel berinti banyak dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi ruang-ruang, dan setiap ruang memiliki inti sel lebih dari satu. Nectria cinnabarina merupakan contoh jamur yang memiliki tipe hifa seperti ini.

  1. D.      Cara Hidup dan Habitat jamur
Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti (Mucor mucedo), dan Aspergillus fl avus. Jadi, kalau kalian melihat jamurjamur tersebut yang nampak adalah koloninya, sedangkan individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil. Perhatikan Gambar 5.8. Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme lain, baik secara parasit maupun simbiosis.

  1. E.       Cara Memperoleh Makanan
Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l, sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan simbiotik.
Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t. Jamur tersebut memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak materi organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae) termasuk dalam kelompok jamur ini.
Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot) dan penyakit panu. Lihat Gambar 5.10. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens.  

  1. F.       Cara Reproduksi Jamur
Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ).  
Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Perhatikanlah Gambar 5.12.
Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora.
Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan askospora.
Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru. Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil spora aseksual).
Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat tinggi.

  1. G.      Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

  1. 1.      Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
 Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:

  1. a.      Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe. 
  1. b.      Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
  1. c.       Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor. 
  1. Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian  melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.

  1. 2.      Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.
Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.

Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina.
  1. a.      Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.
Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi. Perhatikan
  1. b.        Penicillium spp.
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:
ü  Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)
ü  Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
  1. c.         Aspergillus spp.
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
ü  Aspergillus oryzae  
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
ü  Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
ü  Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
ü  Apergillus fl avus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan afl atoksin, penyebab kanker pada manusia.
ü  Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.
ü  Aspergillus fumigates
  1. A.     fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada paru-paru burung.
  2. d.        Neurospora crassa
N. crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus, sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.

  1. e.         Morchella deliciosa dan Morchella esculenta
Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam bentuk awetan.
  1. 3.      Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp (Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 5.23.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
  1. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
  1. Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan.
  1. c.    Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Perhatikan Gambar 5.24.
  1. Puccinia graminis (jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna karat.


  1. 4.      Deuteromycotina
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. menyebabkan penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit. Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.

  1. 5.       Oomycotina (Jamur Air)
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki fl agella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
  1. 6.      Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.
  1. H.      Peranan Jamur dalam Kehidupan
Peranan jamur atau fungi dalam kehidupan sangat luas. Jamur berperan dalam keseimbangan lingkungan yaitu sebagai dekomposer. Sebagai dekomposer, jamur menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati sehingga bisa dimanfaatkan oleh organisme lain. Hal ini sangat penting dalam keberlanjutan ekosistem di bumi, karena yang menjadi kunci keberlangsungan ekosistem adalah adanya keseimbangan antara produksi biomasa oleh organisme fotosintetik dan perombakan-perombakan atau daur ulang nutrien yang dikandungnya. Dalam proses daur ulang senyawa organik ini, fungi memiliki peran yang menonjol di semua ekosistem utama.
Jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan tertentu jamur bersimbiosis membentuk mikoriza. Mikro riza merupakan struktur yang berperan penting dalam suplai unsur hara. Kalian bisa membaca kembali bagian awal dari bab ini yang membicarakan cara jamur memperoleh makanan. Berdasarkan posisi jamur terhadap akar tumbuhan, dikenal adanya endomikoriza (bila hifa menembus korteks akar) dan ektomikoriza (bila hifa hanya menem bus epidermis akar). Kelompok jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan umumnya termasuk anggota Divisi Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina.
Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan. Sebagai contoh, pada Divisi Zygomycotina, sedikitnya ada 2 jenis Rhizopus yang digunakan secara komersial dalam industri pil kontrasepsi dan anestesi, yaitu R. arrhizus dan R. nigricans. Beberapa jenis lain juga dimanfaatkan dalam industri alkohol dan untuk mengempukkan daging. Ada pula jenis lain yang mampu memproduksi pigmen kuning yang digunakan untuk memberi warna pada margarin.
Beberapa jenis jamur dan peranannya yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
ü   Rhizopus stolonifera : untuk membuat tempe
ü   Rhizophus nigricans: menghasilkan asam fumarat
ü   Saccharomyces cerevisiae : untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan bir
ü   Aspergillus oryzae : mengempukkan adonan roti
ü   Aspergillus wentii : untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam formiat
ü   Aspergillus niger : untuk menghilangkan O2 dari sari buah, dan menjernihkan sari buah
ü   Penicillium notatum dan P. chrysogenum : menghasilkan penicillin (antibiotik)
ü   Ganoderma lucidum : bahan obat
ü   Penicillium roquefortii dan P. camemberti : meningkatkan kualitas (aroma) keju
ü   Trichoderma sp. : menghasilkan enzim selulose
ü   Neurospora crassa (jamur oncom) : untuk membuat oncom


BAB III
PENUTUP
  1. A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas penyusun dapat menarik sesimpulan  bahwa :
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Jamur juga berperan dalam kehidupan yaitu sebagai pengurai atau dekompuser jasad yang sudah mati dan membebaskan zat zat kimia kea lam selain itu jamur juga berperan dalam kehidupan manusia seperti pembuatan temped an sebagainya.

  1. B.       Saran
    1. Bagi seluruh Civitas Akademik untuk terus menambah wawasan pengetahuan mengenai fungi/jamur
    2. Sebagai manusia, kita perlu membudidayakan jamur yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan.
    3. Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat memahami akan pentingnya jamur dalam kehiduan sehari-hari.
    4. Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kuran berkenan, penyusun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.


DAFTAR PUSTAKA

1Moore RT. 1980. "Taxonomic proposals for the classification of marine yeasts and other yeast-like fungi including the smuts". Botanica Marine 23: 361–73 The classification system presented here is based on the 2007 phylogenetic study by Hibbett et all
Entjang. Indan.2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.

Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Lebih baru Lebih lama