Makalah Agama - DAKWAH


 BAB I
PENDAHULUAN

 Dakwah adalah komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan informatif, yakni agar orang lain mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain. Keduanya (dakwah dan komunikasi)  merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan.
 Dakwah disebut komunikasi, akan tetapi komunikasi belum tentu dakwah, adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan orientasi pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada komunikasi isi pesannya umum bisa juga berupa ajaran agama, sementara orientasi pesannya adalah pada pencapaian tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu munculnya efek dan hasil yang berupa perubahan pada sasaran. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode yang benar menurut ukuran Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang da’i kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses komunikasi. 

A.      Latar  belakang masalah
             Dakwah merupakan suatu proses motifasi agar manusia melakukan kebaikan dan melarang manusia berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
              Masyarakat Makkah memelihara kedudukan tata nilai yang tinggi dan istimewa, karena hal semacam itu memberikan kehidupan yang makmur.
Kaum Quraisy memandang diri mereka lebih mulia dari bangsa arab. Jika kaum Quraisy tunduk kepada Nabi Muhammad SAW, itu sama artinya menyerahkan semua kekuasaan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak akan membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
                   Dengan pokok pikiran tersebut, kami tertarik untuk menuangkan fikiran dan masalah kewajiban berdakwah dalam bentuk makalah.

B.           Perumusan masalah
  • Metode – metode apa saja yang ada dalam berdakwah ?
  • Bagaimana cara nabi berdakwah ?

C.           Tujuan penulisan
            Tujuan penyusunan makalah mengenai islam sebagai Agama dakwah, selain karena rasa ingin tahu tentang ruang lingkup dalam islam. Serta rasa ingin menjiwai. Yang berhubungan dengan sifat dasar manusia, juga karena motifasi-motifasi lain yaitu:
1.        Untuk mengingatkan kemampuan penulis dalam menggunkan teori-teori yang berkualitas dengan aspek yang dikaji sesuai dengan tuntunan Mata Kuliah PAI yang ditugaskan oleh dosen yang bersangkutan.
2.        Ingin memahami dan mempelajari lebih jauh lagi mengenai pengembangan islam dan proses kebangkitan-Nya.

           Tujuan lain  penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas tentang dakwah serta tentang perjalanan Rasul dalam menegakan agama islam, sebagai agama yang di ridhoi Allah SWT.
           
           Kegunaan makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada semua orang tentang kewajiban berdakwah serta tentang perjuangan Rasul untuk dapat menegakan agama islam. Sehingga sekarang ini kita dapat mereguk nikmatnya beribadah di jalan yang benar yaitu dalam Islam.




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Dakwah

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : دعا, يدعو, دعوة     artinya : menyeru, memanggil, mengajak.
Dalam pengertian yang integralistik dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang islami.    [1]

Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali perbedaan pendapat tentang definisi dakwah di kalangan para ahli, antara lain:
  1. Menurut A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, mendefinisikan dakwah yaitu: mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.
  2. Menurut Syekh Ali Mahfud. Dakwah Islam adalah memotivasi manusia agar melakukan kebaikan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagian dunia dan akhirat.
  3. Menurut Amrullah Ahmad .ed., dakwah islami merupakan aktualisasi imani (Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Manusia pada tataran kegiatan individual dan sosio kultural dalam rangka mengesahkan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan cara tertentu.
  1. Menurut Amin Rais, dakwah adalah gerakan simultan dalam berbagai bidang kehidupan untuk mengubah status quo agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan untuk tumbuh subur demi kebahagiaan seluruh umat manusia.
  2. Menurut Farid Ma’ruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan hidup untuk menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang Ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam menjadi shibghah yang mendasari, menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku dalam hidup dan kehidupannya.
  3. Menurut Abu Bakar Atjeh, dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.
  4. Menurut Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.

B.    Kewajiban Dalam Berdakwah

Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim, yang                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    Islam ibarat darah dalam tubuh manusia. Ia menyebabkan ummat hidup dan terus tumbuh dan berkembang. Dakwahlah yang mampu menggerakkan umat untuk tetap terikat dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Namun sebaliknya, disaat ummat meninggalkan dakwah, umat tidak akan lagi terwarnai oleh fikrah dan kepribadian Islam.
Secara syar’i, kewajiban dakwah memiliki banyak perintah dan qorinah yang menunjukkan betapa kewajibannya bernilai amat tinggi dan menentukan.
Diantaranya firman Allah SWT seabagai berikut : 

“Serulah manusia ke jalan Rabb-mu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah yang benar dan kuat) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan baik”(QS. An-Nahl: 125).

“(Dan) Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong kepada sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS At-Taubah: 71).

“Dan siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal sholeh dan berkata sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang muslim” (QS. Al-Fushilat: 33).

Dari beberapa ayat tersbut, kita bisa memahami betapa tegas perintah Allah dalam dakwah, karena kewajiban tersebut terkena kepada laki-laki maupun perempuan, sendiri-sendiri maupun berjamaah/berkelompok. selain adanya perintah dari ayat-ayat tersebut, Allah SWT bahkan mengancam kaum muslimin yang tidak mau melaksanakan dakwah,
Sebagaima firman-Nya:

“Dan jangalah dirimu dari bencana yang tidak khusus menimpa orang-orang zholim saja diantaramu. Dan ketahuilah sesungguhnya siksa Allah itu sangat keras” (QS. Al-Anfaal: 25).

“Kalian harus mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemunkaran. Bila tidak demikian, tentu Allah akan menjadikan orang-orang jahat di antaramu menguasai kalian. (Dan) Bila ada orang baik di antaramu berdoa (untuk keselamatan) maka doa mereka tidak akan dikabulkan” (HR. Al-Bazzar dan Thabrani).

C.    Metode Dakwah
                
                 Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan. Sebagaimana yang telah tertulis dalam al-Qur’an dalam surat an-Nahl ayat 125:

 ﻟَﻰﺳَﺑِﯾﻝِ ﺭَﺑِّكَﺑِﺎﻟْﺤِﻜْﻣَﺔِ ﻭَﺍﻟْﻣََﻭْﻋِﻅَﺔِﺍﻟْﺤَﺳَﻧَﺔِ ﻭَﺟَﺎ ﺪِ ﻟْﻬُم ﺑِﺎﻟﱠﺗِﻲﻫِﻲَﺃَﺤْﺴَﻥُإﻥﱠﺭَﺑﱠﻚَﻫُﻭَﺃَﻋْﻟَﻢُ اُدْعُ إ
ﺑِﻣَنﺿَﻝﱠﻋَنﺳَﺑِﻳﻟِﻪِﻭَﻫُﻭَأَﻋْﻟَمُبِاﻟْﻤُﻬْﺗََﺪِﻴﻦ(َ١٢٥)  

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” 
Sumber dakwah bisa dari anggota tubuh (tangan), mulut (lidah), dan bila tidak mampu maka dengan hati. Dari sumber metode itu tubuh metode – metode yang merupakan operasionalisasinya dengan lisan, tulisan, seni dan bil-hal. [2]
             
 Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah, saresehan, brainstorming dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, spanduk, surat kabar, pamplet, lukisan-lukisan dan lain-lain.
Dakwah bil-hal berupa prilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-islam,seperti memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun,bekerja keras, menolong sesama manusia.
Adapula dakwah dengan cara seni seperti seni lukis, seni tari, seni suara atau musik.[3]
  


 D. Cara Nabi Berdakwah  
             
Keadaan masyarakat Mekah yang sudah sangat terpuruk, dalam berdakwah Rasullulllah mempunyai tugas yang sangat berat.
Mekah sangat keras kepala dan menganggap bahwa hanya mereka yang benar. Maka akan sangat sulit bila Rasullullah melakukan dakwah secara terang-terangan. Karna tentu saja akan menimbulkan reaksi dan respon yang tidak baik.
Rasullullah yang cerdik dan pandai mengambil strategi yang cukup jitu dan berhasil, yaitu dakwah secara sembunyi – sembunyi.
Dakwah secara sembunyi – sembunyi dimulai rasul dari keluarga dan kerabat terdekat.
Orang pertama yang mendapat seruan adalah Siti Khadijah, kemudian keponakanya Syaidina Ali yang masih berumur 8 tahun, dan Syaidina Abu bakar yang langsung mengikutinya.
            Dengan perantara Abu Bakar ini, maka banyak juga orang – orang Quraisy yang beriman. Diantaranya : Siti khadijah ( istri Rasullullah ), Ali Bin Abi Tholib ( dialah putra dari Abu Thalib ), Zaid bin Harisah ( budak Rasullullah yang kemudian menjadi anak angkat Rasul) , Abu Bakar Siddiq ( sahabat rasul ), Usman bin Affan, Zubair bin Aurman, dll.

Orang – orang yang masuk islam pertama kalinya disebut SABIQUNAL AWWALUN. Mereka mendapat pelajaran dan pengetahuan tentang Islam dirumah Arqum bin Abil Arqom secara sembunyi – sembunyi. Setelah itu turunlah firman Allah SWT yang memerintahkan Rasul untuk berdakwah secara terang – terangan. [4]
Hal ini terdapat dalam surat al- hijr ayat 94. Sejak turun surat ini, Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah secara terang – terangan, Rasul menyeru kepada kaumnya tentang ajarannya.
Beliau tidak segan – segan menyerukan agar orang – orang yang semula menyembah berhala agar menyembah Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Esa dan Maha Benar.

Banyak hinaan di terima dan dirasakan oleh Rasullullah, karena masih banyak kaum Quraisy yang menentang ajaran Rasul, yaitu Abu Lahab, dan Abu jalal yang tidak segan – segan menyakiti rasullullah. Itulan sebabnya nabi Muhammad SAW, juga dijuluki sebagai ulul azmi, yaitu Rasul yang mengalami banyak siksaan dan cobaan dalam sepanjang dakwahnya, namun tetap tabah dan tawakal dalam menegakan Agamanya.

              Dari sepanjang perjalanan Rasullullah untuk menegakan Islam, dapat diambil  beberapa hikmah sebagai berikut:
1.        Menyadari bahwa keuletan dan kesabaran dalam menegakan agama Allah akan mendapat pertolongan dari Allah SWT.
2.        Memahami bahwa tugas Rasul hanya sekedar menyampaikan perintah Allah SWT dan tidak dapat memberikan hidayah.
3.        Meneladani sikap Nabi yang tegar dan kukuh dalam melakukan tugasnya walaupun dalam kondisi memiliki banyak rintangan..




BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pengertian dakwah memiliki 3 arti yaitu :
1.        Menurut bahasa yaitu ajakan, seruan, panggilan, undangan.
2.        Menurut Istilah umum ; suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan seni dan teknik untuk menarik perhatian orang guna mengikuti suatu ideologi dan pekerjaan tertentu.
3.        Menurut Islam; mengajak umat manusia dengan cara bijaksana untuk mengikuti  petunjuk-petunjuk Allah SWT dan RasulNya guan mencapai kebahagiaan di dunia dan di Akhirat.
           Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i kepada objek           dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an dan Hadits.
            Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan
           Secara syar’i, kewajiban dakwah memiliki banyak perintah dan qorinah yang menunjukkan betapa kewajibannya bernilai amat tinggi dan menentukan; diantaranya firman Allah SWT.


B.       Saran       

Lakukanlah dakwah sebisa mungkin, walau hanya dari hal-hal yang paling kecil insyaAllah akan membawa kebaikan bagi diri kita dan umat pada umumnya.
Hargailah semua perjuangan Nabi Muhammad SAW, dengan beribadah dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA



Latifah, dkk. 2006. Agama Islam 1 SMA. Jakarta: Yudhistira.
Muslim, Imam. 2001.25 Kisah Teladan Nabi dan Rasul. Surabaya: Citra Pelajar.
Suparta, Munzier. 2008. Metode Dakwah. Bandung: CV.Pustaka Islamiyah.
Suparta, Munzier.1986. Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung: CV.Diponegoro.
Yahya, Toha, Oman. 2004. Islam dan Dakwah. Jakarta :Al-Mawardi Prima.
Yatim, badri. 1992. Ilmu dakwah. Jakarta : Al-Mawardi Prima.


[1] Ahmad amin, ilmu dakwah. Jakarta:1994. Hlm.13-20
[2] H. Munzier Suparta, metode dakwah.(Bandung:CV.Pustaka Islamiyah 2008) hlm.143
[3] Harun Ali Aziz, metode dakwah.hlm.65
[4] Yatim, badri. 1992. Ilmu dakwah. Jakarta. Hlm. 65


Lebih baru Lebih lama