Setiap tanggal 12 Robbiul Awal, umat Islam memperingati Hari Maulid
Nabi, yaitu hari kelahiran Muhammad saw. Beliau dilahirkan di Mekkah
pada 12 Robbiul Awal tahun Gajah, bertepatan dengan 12 April 571 M.
Menurut pakar tafsir Alquran yang juga mantan Menteri Agama RI, Prof.
Dr. M. Quraish Shihab, peringatan Maulid Nabi tetap penting
dilaksanakan. Selain untuk terus meningkatkan kecintaan kepada
Rasulullah saw. juga dalam rangka mengajak pada kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw. sejatinya bukan semata-mata
perayaan yang hampa makna atau sekedar berhura-hura. Peringatan yang
telah berkembang jauh setelah rasul wafat tersebut merupakan ungkapan
penghormatan tertinggi kepada beliau. Namun, sebagian kelompok muslim,
terutama kalangan Salafiah dan Wahabi, berpendapat bahwa perayaan Maulid
Nabi Muhammad saw. adalah bid'ah (mengada-adakan dalam urusan agama).
Pendapat tersebut benar jika peringatan Maulid hanyalah ritual yang justru tidak menambah sentuhan mahabbah
(cinta) terhadap Nabi Muhammad saw., menghamburkan materi, energi, dan
waktu. Kendati tidak pernah diajarkan Nabi, perayaaan hari lahirnya
tetap bernilai ibadah selama berniat menghadirkan keteladanan.
Nabiyullah yang menjadi junjungan seluruh umat di dunia. Terlebih ketika
umat Islam dan peradaban dunia modern mengalami krisis keteladanan
dalam melanjutkan amanah Allah swt. di muka bumi.
Masyarakat muslim Indonesia menyambut Maulid Nabi Muhammad saw. dengan
mengadakan perayaan keagamaan, seperti pembacaan selawat Nabi, syair Barjanzi, kitab Maulid ad-Diba'i, dan kitab Burdah,
serta mengadakan pengajian atau pun selawatan. Menurut peninggalan
Jawa, bulan Robbiul Awal disebut bulan Mulud. Khusus di Yogyakarta dan
Solo, terdapat ritual Grebeg Mulud yang biasa dirayakan dengan perayaan Sekaten yang diiringi gamelan.
Illustration from image Google |
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. diperkirakan pertama kali muncul
setelah diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil
di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193).
Ada pula yang berpendapat bahwa gagasan tersebut justru berasal dari
Sultan Salahuddin. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada
Nabi Muhammad saw. dan meningkatkan semangat kaum muslimin yang tengah
berjuang melawan pasukan Kristen Eropa dalam Perang Salib. Sultan
Salahuddin al-Ayyubi juga menyampaikan pesan bahwa peringatan Maulid
Nabi menjadi sarana penting untuk membangkitkan semangat keislaman umat
dengan meneladani akhlak dan kepribadian Rasul.
Sungguh tak berlebihan jika sekarang pun, peringatan ini menjadi
kesempatan baik dan titik awal untuk memperbaiki diri, keluarga, dan
membangun masyarakat. Bagaimana pun, memperingati hari lahir Nabi
Muhammad saw. sebagai manusia teladan bukanlah untuk mendewakannya,
melainkan untuk mengambil hikmah dan semangat pengabdian Nabi Muhammad
saw. sebagai hamba Allah swt. yang mengabdi sepenuhnya kepada Sang Rabb.
Peringatan Maulid Nabi justru mengajak umat Islam untuk mengenal sejarah
perjalanan hidup Rasulullah dan mengambil hikmah darinya. Ketika masih
berusia tujuh bulan di dalam kandungan ibunda, ia telah menjadi anak
yatim. Abdullah, sayang ayah meninggal sebelum sempat menimangnya.
Kemudian pengasuhan Muhammad dipercayakan kepada Halimah, seorang ibu
susuan dari Bani Sa'ad. Muhammad tinggal bersama keluarga Sa'ad hingga
mencapai usia lima tahun. Usai berada dalam asuhan Halimah, kembalilah
Muhammad kepada ibundanya, Aminah. Sayang, Aminah pun akhirnya wafat.
Sepeninggal ibuya, Muhammad diasuh sang kakek, Abdul Mutthalib. Untuk
selanjutnya, perjuangan dan kesulitan hidup senantiasa mendera Rasul
pilihan dan pencerah umat di dunia itu.
Keteladan demi keteladan telah beliau berikan untuk seluruh kehidupan
yang terbentang di alam raya. Berjuta kearifan pun sudah beliau wariskan
kepada umatnya, tanpa setitik terbersit keinginan untuk dikenang atau
diingat dengan berbagai perayaan. Akhirnya, setahap demi setahap, zaman
kegelapan beralih ke zaman pencerahan. Sungguh, risalah Nabi Muhammad
saw. tidak akan sirna kendati tergerus waktu yang terus bergulir. Inilah
yang semestinya dipungut umat Islam dari peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw.
*) Dari berbagai sumber
Tags
HADIS