INDOFOKUS ESA PENDAHULUAN
Hakekat perkawinan menurut Undang-Undang Pokok Perkawinan Nomor 1Tahun 1974 dalam pasal 30, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara pria dan wanitasebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada hari-hari ini, perselingkuhan nampak lebih merajalela dari sebelumnya.
Mengapa perselingkuhan masih sering terjadi, sekalipun bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada?.
Ada alasan-alasan tertentu yang dinilai mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk berselingkuh.
Alasan tidak mempunyai anak merupakan salah satu alasan yang sering diungkapkan menjadi pemicu terjadinya perselingkuhan.
SURVEI TENTANG PENINGKATAN PERSELINGKUHAN
Untuk melihat permasalahan secara komperensif beberapa penelitian yang terkait dengan masalah tersebut sudah pernah dilaksanakan.
Hasil The Janus Report mengenai tingkah laku seksual menduga bahwa lebih dari sepertiga pria dan seperempat wanita mengaku pernah melakukan pengalaman seksual diluar pernikahan minimal satu kali.
Survey dari National Opinion Research Centre (University Of Chicago) menemukan presentase yang lebih rendah, yaitu 25% pria dan 17% wanita.
Jika diterjemahkan arti dari persentase diatas bahwa dari 19 juta suami dan 12 juta istri mempunyai affair (Anderson, K., 2002).
Survey majalah Leadership tahun 1988 terhadap 1000 orang kependetaan Protestan menemukan bahwa 12% mengalami hubungan sexual diluar pernikahan dan 23% pernah melakukan tindakan seksual yang tidak pantas dengan seseorang yang bukanpasangannya.
Pewawancara dari majalah Chistianity Today juga mewawancarai sekitar
1000 orang yang bukan pastor dan menemukan presentase mendekati dua kali lipat yaitu, 45% melakukan perbuatan seksual yang ti dak pantas dan 23% melakukan hubungan seksual di luar pernikahan (Anderson, K., 2002).
Mengingat masalah perselingkuhan terjadi diseluruh sendi-sendi masyarakat dan sepanjang masa sifatnya, maka menarik untuk diteliti penyebab terjadinya perselingkuhan dan tindak lanjut menghadapi pasangan yang berselingkuh.
Melalui penelitian ini diketahui bagaimana pendapat wanita di kota Denpasar mengenai penyebab terjadinya perselingkuhan serta tindak lanjut untuk mengatasi jika pasangannya melakukan perselingkuhan
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah
“Apakah faktor-faktor penyebab perselingkuhan, serta bagaimana tindak lanjut mengatasinya ?
HASIL DAN PEMBAHASAN
Apakah kira-kira penyebab tindakan selingkuh bisa terjadi?.
1. Kurang komunikasi
Hasil penelitian (tabel 1) menunjukkan bahwa 22% memberikan jawaban bahwa perselingkuhan disebabkan oleh kurangnya komunikasi dalam kehidupan rumah tangga pelaku selingkuh.
a. Terlalu sibuk
Berdasarkan wawancara mendalam diperoleh bahwa kurangnya komunikasi
bisa disebabkan karena salah satu dari pasangan tersebut terlalu sibuk dengan karier atau hobynya sehingga waktu untuk keluarga menjadi berkurang atau malah tidak ada.
b. Beranggapan bahwa pasangan sudah tahu keinginan kita
Kurang komunikasi dapat juga disebabkan karena sebagian besar pasangan menikah beranggapan pasangannya pasti sudah tahu keinginan-keinginanya tanpa perlu diungkapkan secara jelas.
2. Masalah ekonomi
3. Psikologi
4. Sosial
Faktor ekonomi, psikologi, sosial dalam rumah tangga juga merupakan penyebab adanya tindakan selingkuh, hal ini dijawab oleh 16% dari keseluruhan responden yang diwawancarai.
5. Faktor adanya godaan wanita lain, ingin mencari selingan dan berbagai faktor yang datangnya dari luar rumah tangga juga merupakan penyebab tindakan selingkuh, ini dijawab oleh 34% responden.
6. Ketidak-nyamanan dalam rumah tangga yang disebabkan oleh banyak faktor
Hanya 8% responden yang menjawab bahwa tidak adanya ketentraman dalam rumah tangga atau salah satu pasangan terlalu mendominasi menjadi faktor penyebab adanya tindakan selingkuh.
7. Faktor-faktor penyebab terjadinya tindakan selingkuh seperti yang diuraikan di atas dirangkum oleh Dr. Willard Harley sebagai tidak bertemunya kebutuhan suami dan istri dalam rumah tangga.
Kebutuhan istri meliputi:
1. Kebutuhan akan kasih sayangv(affection),
2. Kebutuhan akan teman ngobrol (conversation),
3. Kebutuhan akan ketulusan dan keterbukaan (honesty and
openness),
4. Kebutuhan akan komitmen finansial (financial commitment)
5. Kebutuhan akan komitmen terhadap keluarga (family commitment).
Sedangkan kebutuhan suami meliputi:
1. Kebutuhan seksual (sexual fulfillment),
2. Kebutuhan akan kebersamaan dalam rekreasi (recreational companionship),
3. Kebutuhan untuk memiliki pasangan yang menarik (an attractive spouse),
4. Kebutuhan akan dukungan dalam rumah tangga (domestic
support)
5. Kebutuhan akan kekaguman (admiration).
Tabel 1. Persepsi Responden, Faktor Dominan Penyebab Timbulnya Selingkuh.
No. Faktor Dominan Penyebab Perselingkuhan Jumlah %
1. Kurang Komunikasi 11 – 22.o %
2. Faktor Ekonomi 8 – 16.0 %
3. Kurang perhatian pasangan, terutama u/ kebutuhan batin
10 – 20.0%
4. Faktor lain : Tidak bisa menguasai diri, cari selingan, dll
17 – 34.0%
5. Pasangan terlalu mendominasi/tdk ada ketenraman RT 4 – 8.0
Total 50 – 100.0
Seseorang melakukan tindakan selingkuh disebabkan oleh banyak faktor.
Kurangnya atau tidak adanya ketentraman didalam rumah tangga pelaku tindakan selingkuh, faktor disfungsi seksual, faktor adanya ambisi yang tinggi pasangan baik suami/istri dalam kehidupan karier dan faktor finansial ( rendahnya pendapatan dan kebutuhan yang tinggi) dalam kehidupan rumah tangga pasangan, diduga merupakan faktor-faktor penyebab adanya perselingkuhan.
1. Sebagaian besar responden menjawab bahwa seseorang melakukan tindakan selingkuh karena kurang adanya ketentraman dalam rumah tangga pelaku selingkuh.
Dari keseluruhan responden yang diwawancarai 82% dari keseluruhan responden setuju mengenai pendapat ini, 4% tidak setuju , dan 14% menjawab tidak tahu/ bias saja/ mungkin saja.
2. Faktor disfungsi seksual diduga juga merupakan penyebab perselingkuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 78% dari keseluruhan responden yang diwawancarai setuju mengenai pendapat ini, dan 20% menjawab tidak tahu/bisa saja/mungkin saja.
Darwin berpendapat bahwa laki-laki cenderung tidak puas berhubungan hanya dengan satu wanita, ia selalu menginginkan adanya variasi baru dalam suatu hubungan seksualitas. Sedangkan pada wanita, apalagi yang sudah mempunyai anak, memiliki waktu yang sangat terbatas sehingga kurang termotivasi untuk melakukan penyegaran
seksual.
3. Ambisi yang tinggi dari pasangan, baik suami/istri dalam carrier, merupakan faktor penyebab adanya tindakan selingkuh dijawab oleh 60% responden. 20% responden dari keseluruhan responden yang diwawancarai tidak setuju mengenai pendapat ini, dan 20% menyatakan tidak tahu dan ragu-ragu apakah hal ini merupakan faktor penyebab
atau tidak.
4. Secara umum, faktor ekonomi, dalam kehidupan rumah tangga, dukungan finansial sangat berpengaruh terhadap kelangsungan rumah tangga.
Dalam penelitian ini faktor tersebut juga dimasukkan sebagai salah satu dari faktor penyebab adanya perselingkuhan.
Kebutuhan rumah tangga tidak lagi bersifat sederhana saat ini.
Sejalan dengan perkembangan zaman, kebutuhan rumah tangga semakin komplek, Kebutuhan yang tinggi dalam rumah tangga yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang tinggi merupakan penyebab pula perselingkuhan.
Penghasilan yang tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya perselingkuhan, seseorang yang mempunyai uang berlebih
cenderung ingin mencari selingan diluar rumah tidak dengan pasangan resminya.
Dari keseluruhan responden yang diteliti, 50% responden setuju terhadap pendapat diatas, 22% responden tidak setuju dan 28% tidak tahu/ ragu-ragu apakah adanya kebutuhan yang tinggi dan pendapatan yang rendah merupakan faktor penyebab adanya tindakan selingkuh.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Harley, Jr. dan Willard F bahwa dari enam ribu pebisnis eksekutif terdapat lima orang laki-laki mempunyai affair di luar pernikahan baik dalam waktu yang panjang maupun dalam waktu singkat. Studi yang sama menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya pendapatan, meningkat pula
kemungkinan adanya selingkuh dengan 32% dari laki-laki dengan pendapatan $50.000 setahun atau lebih menyatakan bahwa mereka pernah terlibat perselingkuhan.
5. Godaan wanita lain, moral buruk dan adanya kesempatan juga merupakan faktor penyebab terjadinya perselingkuhan.
Sebagai contoh kasus sekretaris dengan pimpinannya, kondisi dan situasi yang selalu bersama-sama menyebabkan timbulnya perselingkuhan.
Umumnya perselingkuhan terjadi antara mereka yang mempunyai relasi hubungan yang panjang atau bersifat lama, bekerja bersama atau teman baik.
Perselingkuhan bukan terjadi dengan wanita yang pakai bikini yang ditemui di pantai, dan seringkali wanita yang terlibat tidak selalu dengan seorang yang hebat, yang dipertimbangkan adalah orang yang menarik (Jakson, 2002).
Seringkali berlawanan dari kasus yang serupa. Ketika penyelewengan sexual tidak dapat dicover, peneliti sering mengatakan , “Apa yang dia lihat dalam diri pasangan selingkuhnya ?”.
6. Tidak adanya keintiman dengan pasangan
Dalam buku yang lain, Frank Pittman “ Private Lies : Infidelity and The Betrayal Of Intimacy” menemukan dalam studi yang ia lakukan sendiri terhadap beberapa pasiennya yang pernah melakukan perselingkuhan sebenarnya mempunyai kehidupan seksual yang baik, tetapi hal tersebut terjadi berawal dari jalannya perkawinan dengan sedikit atau tidak adanya keintiman.
Ia menyimpulkan bahwa “ Perselingkuhan tiga kali lebih disukai
untuk pencarian teman baik daripada pencarian orgasme yang lebih baik “.
MENGATASI PERSELINGKUHAN
Menurut Wanita
Persepsi wanita mengenai tindak lanjut mengatasi perselingkuhan berdasarkan hasil survei 50 responden dapat dilihat dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
Sebagian besar responden (78%) tidak setuju membalas perselingkuhan dengan ikut berselingkuh, dan 52 % setuju untuk memaafkan.
Tabel 2. Tabel Frekuensi Persepsi Responden Mengenai Tindak Lanjut
No. Tindak Lanjut – Persepsi – Jumlah % Tidak Setuju 39 – 78.0
Setuju 3 – 6.0
1. Ikut Berselingkuh
Tidak Tahu 8 – 16.0
Total 50 – 100.0
Tidak Setuju 18 – 36.0
Setuju 26 – 52.0
2. Memaafkan Pasangan
Tidak Tahu 6 – 12.0
Total 50 – 100.0
Tidak Setuju 31 – 62.0
Setuju 9 – 18.0
3. Bercerai
Tidak Tahu 10 – 20.0
Total 50 – 100.0
Tabel 3. Tabel Frekuensi Sikap Mengatasi Perselingkuhan – Tindakan
Lainnya
No. Tindak Lanjut – Tindakan Lainnya Jumlah %
1. Memperbaiki komunikasi & memberi perhatian lebih 8 – 16.0
2. Mencari solusi yang terbaik 9 – 18.0
3. Menyadarkan dan disarankan agar bertobat 16 – 32.0
4. introspeksi diri, dll 15 – 30.0
Total 50 – 100.0
Bagaimana pasangan mencegah terjadinya tindakan selingkuh ?
Dr. Willard Harley dalam bukunya His Needs, Her Needs : Building an Affair – Proof Marriage menyedikan beberapa jawaban. Ia menemukan bahwa perkawinan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan pasangan adalah lebih mudah mengalami adanya penyelewengan di luar perkawinan.
Seringkali kesalahan kedua belah pihak untuk mempertemukan
kebutuhan dari satu dengan yang lainnya adalah hak untuk pengetahuan yang kurang daripada sifat egois yang tidak mau untuk mempertimbangkan hal tersebut diatas.
Mempertemukan kebutuhan tersebut sangatlah penting karena dalam kehidupan perkawinan , bahwa kesalahan dalam mempertemukan kebutuhan adalah mencolok dan menandai bagaimana orang – orang yang telah terikat perkawinan mencari pemuasan kebutuhan yang tidak terpenuhi di dalam kehidupan perkawinan melalui penyelewengan di luar pernikahan.
Jika beberapa dari lima kebutuhan utama pasangan tidak terpenuhi,
pasangan tersebut menjadi mudah terkena godaan untuk berselingkuh.
Penjelasan mengenai Lima kebutuhan dari Istri dan suami adalah sebagai :
1. Kebutuhan Istri.
a. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan akan kasih-sayang (affection).
Untuk kebanyakan wanita kasih-sayang disimbulkan sebagai rasa aman, rasa terlindungi, rasa nyaman dan persetujuan.
Pria perlu memahami bagaimana kuatnya kebutuhan wanita akan perhatian tersebut. Sebagai wanita, kasih-sayang sangatlah penting bagi hubungannya dengan seorang pria.
b. Kebutuhan kedua adalah percakapan ( conversation) .
Seorang istri membutuhkan suami mengutarakan kepada mereka dan mendengarkan mereka, mereka butuh banyak percakapan dua arah. K
etika dua insan menikah, setiap pasangan adalah benar mengharapkan rasa sayang, cinta dan perhatian yang sama seperti sebelum menikah.
Seorang pria yang membutuhkan waktu untuk berbicara kepada wanita akan meninggalkan bekas dalam hati wanita tersebut.
c. Ketulusan dan Keterbukaan (honesty and openess) merupakan kebutuhan yang ketiga.
Seorang istri butuh untuk mempunyai rasa percaya kepada suaminya secara penuh.
Rasa aman adalah kebutuhan yang bersifat umum bagi wanita. Jika suami tidak memelihara ketulusan dan keterbukaan dalam berkomunikasi dengan istri, dia mensia-siakan kepercayaan istri dan seringkali merusak rasa aman istri.
Jika istri tidak bisa mempercayai tanda-tanda yang dikirimkan oleh suami, maka istri tidak memiliki dasar untuk membangun hubungan yang mantap.
d. Kebutuhan Istri yang keempat adalah finansial komitmen ( financial commitment). Dia membutuhkan dukungan finansial.
Bagaimanapun suksenya karrier yang mungkin dimiliki seorang wanita, dia selalu ingin suaminya untuk menghasilkan cukup uang untuk membuatnya merasakan adanya dukungan dan kepedulian suaminya.
e. Kebutuhan yang kelima adalah komitmen terhadap keluarga ( family
commitment).
Seorang istri membutuhkan suaminya untuk menjadi ayah yang baik dan
mempunya komitmen terhadap keluarga.
Seorang istri menginginkan suami mereka untuk memegang kendali di dalam keluarga dan menjalankan moral dan pendidikan anak-anaknya.
2. Kebutuhan Suami
Lima kebutuhan utama yang dimiliki suami,
a. Pertama adalah terpenuhinya kebutuhan seksual ( sexual fulfillment).
Sifat istri adalah tidak memahami kebutuhan yang mendalam suaminya pada sex yang lebih dibandingkan sifat suami yang memahami
kebutuhan mendalam istrinya terhadap rasa kasih-sayang.
Tetapi dua hal (sex dan affection) ini bisa bekerja secara dekat dan bersama-sama dalam kebahagiaan perkawinan.
Sex bisa timbul secara alami dan terbuka, jika disana terdapat cukup kasih-sayang.
b. Kebutuhan kedua bagi seorang pria adalah kebersamaan dalam berekreasi (recreational companionship).
Dia membutuhkan wanita sebagai lawan mainnya.
c. Kebutuhan ketiga suami adalah seorang pasangan yang menarik ( an attractive spouse).
Seorang laki-laki membutuhkan seorang istri yang terlihat bagus bagi mereka.
Dr. Harley menyatakan bahwa dalam hubungan sexsual kebanyakan laki-laki menemukan untuk menghargai seorang wanita tidak hanya pada kualitas didalam diri wanita itu semata, tetapi harus lebih dari itu. Seorang laki-laki membutuhkan ketertarikan secara
fisik pula.
d. Dukungan dalam rumah tangga (domestic support) merupakan kebutuhan keempat.
Mereka membutuhkan kedamaian dan ketenangan.
e. Kebutuhan yang kelima adalah kekaguman (admiration).
Dia butuh istrinya merasa bangga terhadapnya. Seorang istri perlu belajar bagaimana mengekspresikan kebangaan yang dirasakan terhadap suaminya.
Kekaguman yang tulus adalah motivasi yang besar bagi seorang laki-laki.
Ketika seorang wanita mengatakan pada seorang pria bahwa dia kira pria itu menakjubkan, hal ini akan memberikan inspirasi kepadanya untuk melakukan lebih. Dia melihat dirinya sendiri mampu untuk mengambil tanggung jawab yang baru.
Jika beberapa dari lima kebutuhan dasar pasangan tidak terpenuhi, maka orang tersebut menjadi mudah untuk melakukan perselingkuhan.
Oleh karenanya , jalan yang terbaik untuk menghindari perselingkuhan adalah dengan memenuhi kebutuhan pasangan dan membuat kehidupan perkawinan menjadi kuat.
Demikian pula pada kelompok umur yang ketiga, pada usia ini dikenal adanya “middle crisis” yang normal terjadi pada usia 40 – 50 tahun.
Menurut Monks, dkk (1985) dalam usia ini dapat timbul adanya kebosanan dalam kehidupan perkawinan, suami telah mencapai puncak kariernya, istri menghadapi atau telah mengalami menopause, pendidikan dan pengasuhan anak makin kurang memakan waktu, sehingga terjadilah banyak perubahan yang mendalam pada motivasi seksual.
Seringkali dalam usia ini orang lalu mencari penyelesaian di luar rumah daripada di dalam perkawinan itu sendiri.
KESIMPULAN
Berdasarkan survei yang dilakukan diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor penyebabnya terjadi perselingkuhan diantaranya adalah karena tidak adanya hubungan harmonis dalam keluarga, faktor ekonomi, sosial dan psikologi.
Mengenai tindak lanjut mengatasi perselingkuhan sebagian besar responden tidak setuju untuk ikut berselingkuh maupun bercerai, tetapi lebih dari 50% responden setuju untuk memaafkan pasangannya.
Oleh : Ni Luh Putu Suciptawati, Made Susilawati
Dosen Jurusan Matematika FMIPA UNUD