LANDASAN TEORI
A.
Definisi
Post natal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10
atau lebih dari 28 setelah persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang
continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan.
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
kurang lebih selama 6 minggu (Syaifuddin, 2002).
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sediakala dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 1991).
Dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah peralihan
alat-alat kandungan setelah melahirkan yang berlangsung kira-kira 6 minggu dan
kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan memerlukan waktu selama 3 bulan.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisilologi yaitu :
- Perubahan fisik
- Involusi uterus dan pengeluaran lochea
- Laktasi dan pengeluaran ASI
- Perubahan system tubuh lainnya
- Perubahan psikis
Menurut Mochtar (1998) periode nifas dibagi menjadi 3 :
- Early puerperium (puerperium dini)
Kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
- Immediete puerperium (masa nifas pertengahan)
Kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lainnya 6-8 minggu
- Later puerperium
Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama kehamilan
atau bersalin mengalami komplikasi, waktu untuk sehat sempurna biasa
berminggu-minggu atau bahkan tahunan).
B.
Gambaran Klinis
Perubahan yang terjadi pada masa nifas menurut (Mochtar,
1998, Synopsis obstetri, EGC, Jakarta)
- Sistem vaskuler
Pada
persalinan pervaginam kehilangan darah 300 sampai 500 cc.
- Sistem reproduksi
a.
Involusi rahim terjadi sebab :
Involusi
terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kuat, karena sitoplasma yang
berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh autolisis dimana zat protein,
dinding rahim, pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang dengan urine.
b.
Involusi tempat plasenta
Setelah
persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata
dan kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini dengan cepat mengecil pada akhir
minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm, pada akhir nifas 1-2 cm. penyembuhan luka
bekas plasenta lekas sekali sembuh tidak menimbulkan parut.
c.
Perubahan serviks dan vagina
Beberapa
hari setelah post partum, ostrium uteri internum dapat dilihat 2 jari
pinggirnya tidak rata, retak-retak karena persalinan. Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui 1 jari dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian
atas canalis, servikalis, pada serviks, terbentuk otot baru karena hiperlasis,
retraksi dirobek servik sembuh.
d.
Lochea
Yaitu
cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas.
1)
Lochea rubra/crenta
Pada
hari ke 1-2 berwarna merah berisa lapisan desidua sisa-sisa chorium, li guor
amni, rambut lanogo, vernik ca seosa dan mungkin mekonium.
2)
Lochea sanguilenta
Pada
hari ke 3-7 berwarna coklat sedikit darah, banyak serum, selaput lendir leucocy
tendum kuman penyakit dan serabut jaringan yang telah mati.
3)
Lochea alba
Setelah
2 minggu berwarna kekuningan berisi selaput lender leucocytendon kuman penyakit
dan jaringan yang telah mati.
Perubahan pengeluaran lochea, menunjukkan keadaan yang
abnormal :
a.
Perdarahan berkepanjangan
b.
Pengeluaran lochea tertahan (lochea
statika)
c.
Lochea purulenta
d.
Rasa nyeri yang berlebihan
e.
Dengan memperhatikan bentuk
perubahan dapat di duga
f.
Terdapat sisa placenta yang
merupakan sumber perdarahan
g.
Terjadi infeksi intra uterine
- Buah Dada/Lactasi
Hormon
progesteron dan esterogen menghambat pengeluaran prolaktin. Ada 2 reflek yang
memegang peranan penting dalam proses pembentukan :
a.
Reflek prolaktin
Reflek
ini meruapakan reflek neurohormon yang mengatur produksi ASI konti nuitas.
b.
Reflek let down
Reflek
pemancaran ASI karena rangsangan pada papilla dan areola mamae, waktu bayi
menghisap.
- Sistem Perkemihan
Dinding
kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia. Dilatasi ureter dan pyelum
normal kembali dalam waktu 2 minggu.
- Tanda-tanda Vital
a.
Suhu tubuh
Suhu
tubuh post partum meningkat 37,50C-380C, karena kerja
keras waktu persalinan kemudian suhu akan kembali normal.
b.
Nadi
Pols
sehabis melahirkan : 10 x/menit, karena kelelahan, perdarahan, nyeri dan infeksi.
c.
Tekanan darah
Biasanya
tidak berubah kemungkinan karena adanya perdarahan.
d.
Pernafasan
Bila
suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan akan mengikutinya.
- Sistem Gastro Intestinal
Biasanya
ibu mengalami opstipasi setelah melahirkan. Hal ini karena alat pencernaan
mendapat tekanan waktu melahirkan, dehidrasi, hemmoroid dan laserasi jalan
lahir.
- Otot-otot Abdominal
Setelah
persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya
pulih kembali dalam waktu 6 minggu pada waktu esthemis, terjadi diastosis dari
otot-otot rectus abdomius untuk mengencangkan kembali otot-otot perut dilakukan
senam nifas.
- Perubahan Psikis dan Sosial
Kebanyakan
wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-gejala
depresi dari tingkat ringan sampai berat.
Faktor-faktor
yang menyebabkan antara lain :
- Ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil
- Riwayat psikiatri yang abnormal
- Riwayat perkawinan yang abnormal
- Riwayat obstetri yang abnormal
- Riwayat kelahiran mati/cacat
- Penyebab lain
C.
Pengertian dan Penanganan Ruptur
Perineum Derajat II
- Pengertian Ruputur Perineum (Menurut Harry Oxorn.1998.Ilmu Kebidanan.Patologi dan Fisiologi,Yayasan Esesentia Medika)Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau speculum.
Perdarahan
karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan. Jika
perlukan hanya mengenai bagian luar (superficial) saja atau jika perlukan
tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukan
yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau
perlukan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan.
Tujuan
dari penjahitan perlukan perineum/episiotomi adalah :
a.
Untuk mendekatkan jaringan-jaringan
agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan bisa terjadi, proses
penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil
dari pertumbuhan jaringan.
b.
Untuk menghentikan perdarahan
Robekan
perineum dibagi menjadi 4 tingkat :
a.
Tingkat I
: Robekan terjadi pada selaput lendir
vagina dengan atau tanpa kulit perineum
b.
Tingkat II
: Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot pernei aranseralis,
tetapi tidak mengenai otot sfingerani.
c.
Tingkat III :
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
d.
Tingkat IV :
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.
- Ruptur Perineum Derajat Dua
Pada
robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang
menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.
Pada
robekan perineum tingkat dua, setelah diberi anesthesia lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian
luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan
jaringan-jaringan dibawahnya.
a.
Siapkan peralatan untuk melakukan
penjahitan
1)
Wadah berisi : sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
Rasionalisasi
: Ditempatkan dalam satu wadah agar memudahkan pekerjaan.
2)
Kapas DTT
Rasionalisasi
: Untuk membersihkan perineum dari lendir dan darah
3)
Buka spuit sekali pakai 10 ml dari
kemasan steri, jatuhkan dalam wadah DTT
Rasionalisasi
: Menghindari adanya kontaminasi dari tangan penolong
4)
Patahkan ampul lidokain
Rasionalisasi
; Lindokain untuk anestesi luka jalan lahir
b.
Atur posisi bokong ibu pada posisi
litotomi ditepi tempat tidur
Rasionalisasi
: Agar luka terlihat dan penjahitan lebih mudah dilakukan
c.
Pasang kain bersih dibawah bokong
ibu
Rasionalisasi
: Menghindari terjadinya infeksi karena kain untuk persalinan sudah kotor oleh
lendir dan darah.
d.
Atur lampu sorot atau senter kearah
vulva / perineum ibu
Rasionalisasi
: Untuk dapat melihat dengan jelas luka perineum
e.
Pastikan lengan / tangan tidak
memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Rasionalisasi
: Mencuci tangan termasuk dalam upaya pencegahan infeksi dan di air mengalir
karena mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang di air yang tidak mengalir
f.
Pakaian satu sarung tangan DTT pada
tangan kanan
Rasionalisasi
: Untuk mengambil spuit yang ada pada wadah DTT
g.
Ambil spuit dengan tangan yang
bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali
kedalam wadah DTT
Rasionalisasi
: Untuk memudahkan pekerjaan dan menjaga agar spuit tidak tersentuh oleh
alat-alat on-steril
h.
Lengkapi pemakaian sarung tangan
pada tangan kiri
Rasionalisasi
: Pemakaian sarung tangan termasuk dalam pencegahan infeksi
i.
Bersihkan vulva dan perineum dengan
kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
Rasionalisasi
: Untuk mencegah kontaminasi kotoran tinja
j.
Periksa vagina, servik, dan perineum
secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua
Rasionalisasi
: Karena jika laserasi derajat II dan IV, jangan mencoba untuk menjahit siapkan
rujukan segera.
D.
Etiologi
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat
melahirkan anak pertama, pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut,
robekan ini akan amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat
E.
Penyebab Maternal
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Peluasan episiotomi
Faktor-faktor
janin :
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
- Kelahiran bokong
- Ekstrasksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali congenital, seperti hydrocephalus.
Laserasi
derjat kedua merupakan luka robekan yang lebih dalam, luka ini terutama
mengenai garis tengah dan melebar sampai corpus perineum. Acapkali musculus
peirneus transverses turut terobek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai
sphincter recti. Biasanya robekan meluas ke atas disepanjang mukosa vagina dan
jaringan submukosa. Keadaan ini menimbulkan laserasi yang berbentuk
segitiga ganda dengan dasar pada fourcheffe, salah satu apex pada vagina dan
apex lainnya di dekat rectum.
F.
Perbaikan
Perbaikan pada laserasi derajat dua dilakukan lapis demi
lapis
1.
Jahitan terputus, menerus ataupun
jahitan simpul digunakan untuk merapatkan tepi mukosa vagina dan submukosanya
(gambar 4a)
2.
Ototo-otot yang dalam corpus
perineum dijahit menjadi satu dengan jahitan terputus (gambar 4b)
3.
Jahitan subcutis bersambung atau
jahitan terputus, yang disimpul secara longgar, menyatukan kedua tepi kulit
(gambar 4c)
G.
Pemberian Anestesi Lokal
1.
Pilihan obat (biasanya lidokain)
2.
Dosis obat (20-30 ml)
3.
Pemeriksaan obat (nama, kekuatan,
dan dosis sebelum diberikan)
4.
Teknik infiltrasi (tepat dibawah
kulit)
a.
Pasang jarum 1 ½ inci ukuran 22 pada
spuit 20 cc
b.
Isi spuit dengan lidokain
c.
Suntikkan keseluruhan panjang jarum
ke dalam robekan vagina tepat dibawah kulit. Tarik batang penghisap spuit dan
lihat jika ada darah (jika anestesi lokal diinjeksikan langsung ke dalam
pembuluh darah, maka dapat menyebabkan denyut jantung irregular). Injeksikan
bersamaan saat anda menarik spuit.
d.
Lakukan hal tersebut pada kedua sisi
robekan vagina
e.
Ulangi prosedur pada kedua sisi
robekan perineum.
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “R” DENGAN PERSALINAN
DENGAN KASUS ROBEKAN JALAN LAHIR (DERAJAT II)
DI RB AL’IQRA IBU SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007
I.
PENGUMPULAN DATA DASAR
- Data Subjektif
Pada
tanggal 05 Oktober 2007 Pukul 14.00 WIB
1.
Identitas
Nama
Istri : Ny. R
Nama Suami : Tn. N
Umur
: 30 tahun
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Agama :
Islam
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMEA
Pendidikan : STM
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan : Buruh
Alamat
: Jln. Wira Bumi
Alamat
: Jln. Wira Bumi
Sekampung
Sekampung
2.
Anamnesa
Tanggal
05 Oktober 2007 Pukul 14.00 WIB
Oleh
: Bidan
- Keluhan utama
G3P2A0
umur kehamilan 9 bulan 14 hari, mengeluh mulas dan nyeri di pinggang dan ibu
mengatakan sudah mengeluarkan cairan pervaginam sejak tanggal 05 Oktober 2007
pukul 14.00 WIB
- Keluhan sejak kunjungan terakhir
Ibu
berkunjung 7 hari yang lalu dengan keluhan pegal-pegal di daerah pinggang dan
kehamilan ibu normal.
- Tanda-tanda persalinan
1)
Ibu datang pukul 14.00 WIB inpartu
kala I, his positif dengan lama his 20 detik dengan kekuatan sedang, his muncul
2-3 kali dalam 10 menit perineum menonjol
2)
Perineum menonjol
3)
Vulva membuka
4)
Dorongan untuk meneran
- Pengeluaran pervaginam
1)
Darah lendir : ada, jumlah sedikit
2)
Air ketiban : tidak ada
3)
Darah : tidak ada
- Masalah-masalah khusus
Ibu
tidak mengalami kelainan lain yang beresiko yang mempengaruhi riwayat
persalinannya kondisi umum ibu baik.
- Riwayat kehamilan sekarang
HPHT
: 08-01-2007
TP
: 15-10-2007
Siklus
haid : lamanya 6-7 hari, 30 hari
ANC
: Dilakukan secara teratur setiap 1 bulan sekali sampai umur
kehamilan 9 bulan
- Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Hamil
|
Tahun
|
Tempat
persalinan
|
Usia
kehamilan
|
Jenis
persalinan
|
Penolong
|
Penyakit
persalinan
|
Jk
|
BB/PB
lahir
|
Keadaan
|
1.
|
2000
|
BPS
|
9
bulan
|
Normal
pervaginam
|
Bidan
|
Tidak
ada
|
Wanita
|
3600
gr/53 cm
|
Sehat
|
2.
|
2003
|
BPS
|
9
bulan
|
Normal
pervaginam
|
Bidan
|
Tidak
ada
|
Wanita
|
3500
gr/50 cm
|
Sehat
|
- Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
20
kali dalam 24 jam terakhir
- Makan dan minum terakhir
Ibu
mengatakan makan terakhir tanggal 05 Oktober 2007, ibu sering minum dan minum
terakhir 1 gelas air putih.
- Eliminasi
BAB
terakhir 1 x pada 05 Oktober 2007, pukul 06.30 WIB
BAB
terakhir 1 x pada 05 Oktober 2007, pukul 06.30 WIB
- Istirahat
Setiap
hari ibu tidur 6-7 jam/hari setelah rasa mulas pada perutnya timbul pada pukul
05.00 WIB, sampai pengkajian dilakukan ibu tidak dapat istirahat.
- Psikologis
Ibu
mengatakan merasa cemas menghadapi persalinan
- Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum
a.
Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis
b.
Tanda-tanda vital
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 22 x/menit
Suhu
: 370C
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Rambut
Bersih,
berwarna hitam, tidak ada ketombe, tidak rontok
b.
Muka
Bentuk
simetris, tidak pucat, keadaan bersih, tidak terdapat oedema, tidak terdapat
cloasma gravidarum.
c.
Mata
Bentuk
simetris, tidak ada pembengkakan kelopak mata, konjungtiva merah muda, sclera
tidak ikterik, berfungsi dengan baik.
d.
Hidung
Bentuk
simetris keadaan bersih dan tidak ada pembengkakan pembesaran polip berfungsi
baik
e.
Mulut
Bentuk
simetris, bersih dan tidak ada caries gigi, tidak terdapat stomatis, tidak ada
pembesaran tonsil
f.
Telinga
Bentuk
simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik
g.
Leher
Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis maupun kelenjar getah bening
h.
Dada
Bentuk
buah dada simetris, pergerakan nafas teratur
i.
Payudara
Bentuk
simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, putting susu menonjol,
hiperpigmentasi pada areola mamae, kolostrum sudah keluar
j.
Abdomen
1)
Tidak ada bekas luka operasi,
pembesaran sesuai umur kehamilan
2)
Palpasi TFU : 32 cm, TBJ : (TFU –
11) x 155 = 3100 gram)
a)
Leopold I
: Pada fundus teraba bagian keras,
bulat, melenting (kepala)
b)
Leopold II
: Pada abdomen ibu bagian kiri teraba
bagian-
bagian kecil janin pada abdomen ibu bagian
kanan teraba bagian yang datar (puka)
c)
Leopold III :
Teraba bagian bulat bebas dan tidak
melenting (bokong)
d)
Leopold IV :
Bagian terendah janin, sudah masuk PAP (divergen)
3)
DJJ terdengar : 136 x/menit teratur
4)
Palpasi supra publik kandung kemih
Kandung
kemih kosong
5)
Punctum maksimum : 2 jari diatas ibu
bagian kanan.
k.
Genetalia
1)
Inspeksi
Vulva
dan vagina : tidak ada varices, luka, peradangan dan nyeri
Perineum
: kaku
Pengeluaran
: ada, pengeluaran lendir bercampur darah
Muskulus
perineus transverses turut terobek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai
sphint robekan meluas.
2)
Pemeriksaan dalam
Teraba
os sacrum
Pemeriksaan
dalam pukul 14.30 WIB
Pengawasan
kala I (fase laten)
Pkl
|
Pembukaan
|
Kontraksi
|
Lamanya
|
Nadi
|
DJJ
|
Penurunan
Kepala
|
Ketiban
|
Keadaan
ibu
|
|
TD
|
RR
|
||||||||
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
|
3 cm
6 cm
|
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
3x/10 mnt
|
20-40 dtk
20-40 dtk
30 dtk
30 dtk
30 dtk
30 dtk
30 dtk
30 dtk
20-40 dtk
|
80
82
80
84
80
80
80
82
80
|
130
134
130
135
132
130
132
130
134
|
3/5
2/5
|
(+)
(+)
|
100/70
100/70
100/70
110/70
110/70
110/70
100/70
100/70
120/70
|
20
20
20
20
20
22
20
20
24
|
3)
Fase aktif
Partograf
terlampir
l.
Punggung
Lordosis,
tidak ada kelainan
m.
Ekstermitas
Atas : Pergerakan
baik, simetris kanan dan kiri, tidak ada varises dan oedema
Bawah : Pergerakan baik, simetris kanan
dan kiri, tidak ada varises dan oedema
3.
Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 11 gr%
- Protein urine : (-)
- Golongan darah : B
II.
INTERPRESTASI DATA DASAR
- Diagnosa
Ibu
G3P2A0 hamil 38 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, memanjang kepala
inpartu kala I fase laten
Dasar
:
a.
HPHT : 08-01-2007
TP : 15-10-2007
b.
Pembukaan servik 3 cm pada
pemeriksaan dalam pukul 14.30 WIB tanggal 05 Oktober 2007
c.
DJJ (+) 138 x/menit, teratur
d.
Punctum maksimum :
2 jari diatas pusat perut ibu bagian kanan
e.
Leopold I
: Teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold
II
: Puka
Leopold
III
: Teraba bagian bulat, lebar, tidak melenting
(bokong)
Leopold
IV
: Divergen
f.
Pada pemeriksaan dalampembukan 3 cm
penurunan kepala 3/5 hodge III
g.
Pada pemeriksaan dalam teraba os
sacrum dan anus
- Masalah
a.
Gangguan psikologis
Dasar
:
Ds
: Ibu mengatakan cemas pada
persalinannya
Do
: 1) Ibu mengatakan tampak menahan
sakit dan gelisah saat ada
his
2) Ketuban sudah pecah sejak pukul 21.30 WIB
3) Waktu his abdomen terasa tegang
b.
Nyeri / mulas
Dasar
:
Ds
: Ibu mengatakan nyeri perut dan
mulas hilang timbul
Do
: 1) His timbul 3 x dalam 10 menit
lamanya 20-40 detik
2) Waktu his abdomen terasa tegang
3) Ibu terlihat menahan sakit dan cemas saat his
- Kebutuhan
a.
Kebutuhan cairan dan nutrisi
Dasar
:
Ds :
1) Ibu mengatakan terakhir makan tanggal 05 Oktober 2007.
2) Ibu mengatakan sering minum dan minum terakhir 1 gelas air putih
3) Ibu mengatakan merasa cemas dan lelah menghadapi persalinan.
Do : Ibu terlihat
lelah dan cemas menghadapi persalinan
b.
Penyuluhan persiapan fisik dan
mental menghadapi kala II persalinan
Dasar
Ds : 1)
Ibu mengatakan bahwa ia merasa cemas menghadapi persalinannya
2) Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan
3) Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan menjalar dari pinggang
bagian bawah
Do : Ibu tampak cemas
dan lelah menghadapi persalinannya
c.
Penyuluhan teknik untuk mengurangi
nyeri karena his
Dasar
:
Ds : Ibu
mengatakan nyeri perut dan mules hilang timbul
Do : 1) His
timbul 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik
2) Pembukaan servik 3 cm pukul 14.30 tanggal 05 Oktober 2007
Ds : Ibu
mengatakan mengeluh nyeri perut dan mulas
Do : 1) Ibu
inpartu kala I, kontraksi 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik
2) TBJ : 3100 gram
3) Presentasi kepala
III.
IDENTITAS DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
1. Potensial terjadi infeksi
Dasar
:
Ds
: Ibu mengatakan mengeluh nyeri
perut dan mules
Do : a. Ibu
inpartu kala I, kontraksi 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik
b. TBJ : 3100 gram
c. Presentasi kepala
2. Potensial terjadi rupture perineum
Dasar :
Ds : Ibu
mengatakan mengeluh nyeri perut dan mulas
Do : a. TBJ : 3100
gram
b. Presentasi kepala
IV.
IDENTITAS KEBUTUHAN TINDAKAN DAN
KOLABORASI
Bila
ada komplikasi segera kolaborasi dengan dokter
V.
RENCANA MANAJEMEN
1. a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
b. Siapkan alat-alat pertolongan
persalinan dan alat-alat resusitasi bayi untuk membantu proses persalinan.
c. Tempatkan ibu di ruang yang bersih dan
nyaman
d. Atur posisi ibu senyaman mungkin dan
usahakan miring ke kiri
e. Observasi kala I menggunakan partograf
dan kolaborasi bila ada keluhan
f. Anjurkan teknik relaksasi dan ajarkan
cara mengedan yang baik.
g. Anjurkan keluarga untuk memberikan
support pada ibu
2. a.
Penyuluhan cara mengejan yang efektif
b. Jelaskan manfaat mengejan efektif pada
ibu, apabila ibu mengejan dengan baik maka dapat membantu mempercepat penurunan
kepala dan pengeluaran bayi.
c. Ajarkan ibu cara mengejan efektif,
mengejan dilakukan pada saat his dan telah memasuki kala II persalinan, kaki di
tarik ke arah badan sehingga lingkungan badan dapat mendorong janin.
d. Observasi cara mengejan yang baik.
VI.
IMPLEMENTASI LANGSUNG
1.
Menjelaskan pada ibu hasil
pemeriksaan lab kondisi ibu serta janin
a.
Keadaan umum ibu baik
1)
TD : 100/70 mmHg
2)
Nadi : 80 x/menit
3)
Suhu : 370C
4)
RR : 22 x/menit
b.
Status emosional ibu cemas
c.
Pembukaan serviks 3 cm pukul 14.30
WIB tanggal 05 Oktober 2007
d.
Pada pemeriksaan dalam teraba os
sacrum dan anus
e.
DJJ normal yaitu 138 x/menit
2.
a. Menyiapkan alat-alat pertolongan
persalinan yaitu 2 buah klem, 1 gunting tali pusat, 1
setengah kocher, 1 kateter nelaton, 1 gunting episiotomi
b.
Menyiapkan alat-alat resusitasi yaitu alat penghisap de lee, alat
resusitasi, tabung, dan
sungkup, tabung oksigen, 3 helai kain, stop watch
3.
Menenpatkan ibu diruangan yang
bersih dan nyaman.
4.
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
dan mengusahakan miring ke kiri.
5.
Mengobservasi keadaan ibu, janin dan
kemajuan persalinan
a.
Memantau his ibu
b.
Memantau DJJ
c.
Memantau tanda-tanda persalinan
(vulva membuka, perineum menonjol dorongan meneran)
6.
Mengajarkan teknik relaksasi dan
cara mengedan yang baik
a.
Mengajarkan ibu menarik nafas lalu
menghembuskan pelan-pelan
b.
Mengajarkan dog breathing
7.
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan support pada ibu
VII.
EVALUASI
1.
Ibu tampak tenang setelah mendapat
penjelasan tentang hasil pemeriksaan
2.
Alat-alat pertolongan persalinan dan
alat-alat resusitasi bayi sudah siap.
3.
Ibu mengatakan merasa nyaman
ditempatkan pada ruangan yang bersih
4.
Ibu bersedia miring ke kiri
5.
Ibu mengerti dan melaksanakan teknik
relaksasi yang diajarkan
6.
Ibu ditemani oleh keluarga
7.
Pukul 22.30 pembukaan lengkap,
ketiban sudah pecah spontan, vulva membuka, perineum menonjol, ibu mengatakan
seperti ingin BAB, penurunan kepala Hodge IV, his teratur dan sering
8.
Ibu mengatakan merasa nyeri saat ada
kontraksi
KALA
II
Pukul
22.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan rasa
ingin BAB dan ingin mengedan
2. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang
keperut bagian bawah
3. Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya
O : 1. Keadaan umum baik
TD : 110/70 mmHg
Temp
: 370C
RR : 22 x/menit
Pols : 80 x/menit
2. DJJ : 132 x/menit, teratur
3. His 3 x dalam 10 menit, teratur lamanya 20-40 detik
4. Pengeluaran dari vagina blood slym yang makin banyak
5. Inspeksi vulva membuka, anus mengembang perineum menonjol dan tampak kaku
6. Keadaan kandung kemih kosong
7. Musculus perineus transversus turut terobek dan robekan dapat turun tapi
tidak mencapai sphincter recti
8. Robekan meluas keatas disepanjang mukosa vagina dan jaringan sub mukosa
9. Terdapat luka laserasi dari vagina sampai ke perineum
10.Pemeriksaan dalam pukul 22.30 WIB dengan hasil :
a. Vulva/vagina : Blood slym
b. Dinding vagina : kaku
c. Serviks : Tipis, pembukaan 10 cm
d. Ketuban : Sudah pecah sejak pukul 21.30 WIB
e. Presentasi : Kepala, UUK kanan depan
f. Penurunan : Hodge IV
g. His : ada
h. Frekuensi : 3 x dalam 10 menit
i. Lamanya : 20-40 detik
11. Ibu tampak cemas dan gelisah
A : 1. Diagnosa
Ibu G3P2A0 hamil 38 minggu, janin hidup tunggal, intra uterine, memanjang
presentasi kepala, inpartu kala II fase aktif
Dasar :
a. Ibu mengatakan hamil anak ketiga
b. HPHT : 08-01-2007 TP : 15-10-2007
c. Umur kehamilan 38 minggu
d. Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang,
perineum menonjol
e. Pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm,
ketiban (-), presentasi kepala, UUK kiri depan,
penurunan bagian teraba di hodge IV
f. DJJ 136 x/menit, teratur terdapat I punctum maksimum
g. Setelah kepala lahir perineum tampak kaku lalu terjadi robekan spontan
2. Masalah
a. Cemas
Dasar
Ds : Ibu mengatakan cemas dalam menghadapi persalinan
Do : 1) TD : 110/70 mmHg, Temp : 370C, Pols : 80 x/mnt, RR : 22
x/mnt
2) Ibu tampak cemas dan gelisah
b. Nyeri sehubungan his
Dasar :
Ds : 1) Ibu mengeluh nyeri perut dan mulas
2) Ibu mengatakan ingin mengedan setiap ada his
Do : 1) Ibu tampak menahan sakit dan gelisah saat his
2) Kontraksi uterus 3 x dalam 10 menit lamanya 40 detik
3. Kebutuhan
a. Dukungan emosional
Dasar : 1) Ibu mengatakan cemas
2) Ibu merasa nyeri
b. Pertolongan persalinan
Dasar : 1) Ibu mengatakan ingin mengedan
2) Ibu merasa nyeri semakin kuat dan sering
3) Pembukaan 10 cm, effacement 100%
4) Presentasi kepala
5) Ketuban utuh, anus mengembang dan vulva menonjol
c.
Pertolongan pertama pada BBL
Dasar : 1) Ibu merasa ingin BAB
2) Ibu dipimpin mengedan dengan posisi litotomi
3) Kepala lahir
P : 1. Jelaskan pada ibu
bahwa ia telah memasuki kala II persalinan
2. Observasi kemajuan persalinan, keadaan umum ibu dan janin
3. Libatkan keluarkan dalam memberikan dukungan
4. Mengatur posisi ibu litotomi
5. Memimpin persalinan dan membimbing ibu mengedan, melahirkan dengan
menggunakan teknik APN
6. Lahirkan bayi dengan cermat dan hati-hati
bayi lahir spontan pervaginam, pukul 22.30 WIB, jenis kelamin perempuan, BB :
300 gram PB : 49 cm, APGAR SCORE 8/10 tidak ada kelainan
7. Keringkan dan bersihkan badan bayi
8. Bebaskan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dee lee, bayi tidak
menangis.
9. Pemotongan tali pusat
10.Lakukan perawatan pada bayi segera lahir
a. Pertahankan suhu tubuh bayi untuk mencegah hipotermi terjadinya
kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
b. Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir sebelum memandikan bayij (lebih
lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
c. Tempatkan
bayi dilingkungan yang hangat
d. Merawat tali pusat
Setelah placenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan putting tali pusat
atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
KALA III
Pukul 23.15 WIB
S : 1. Ibu merasa lega dan
senang atas kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.
O : 1. Bayi tidak menangis
2. Kontraksi uterus baik, TFU sepusat, uterus terasa bulat dan keras
3. Keadaan umum
TD : 110/70 mmHg
Suhu
: 370C
RR : 20 x/menit
Nadi : 82 x/menit teratur
4. Placenta belum lahir
5. Pada inspeksi terdapat robekan jalan lahir derajat II
A : 1. Diagnosa
Ibu G3A0 partus spontan pervaginam partu kala III
Dasar :
a.
Bayi baru lahir spontan pervaginam
pukul 23.00 WIB
b.
Perdarahan 150 cc
c.
Kontraksi uterus baik, TFU sepusat,
konsistensi keras, tali pusat memanjang dijalan lahir
d.
Terdapat robekan jalan lahir derajat
II
e.
Ibu merasa gelisah karena bayinya
belum menangis
2. Masalah
Gangguan rasa nyaman dan cemas
Dasar :
a.
Ibu merasa perut mulas
b.
Placenta belum lahir
c.
Bayi menangis
3. Kebutuhan
a. Manajemen asfiksia bayi baru lahir
Dasar : 1) Bayi baru lahir tidak menangis
2) Ibu merasa cemas
b. Manajemen aktif kala III untuk melahirkan placenta
Dasar : 1) Ibu mengatakan perutnya mulas
2) Kontraksi uterus baik, TFU sepusat, konsistensi uterus keras,
talipusat memanjang di jalan lahir.
3) Placenta belum lahir
P : 1. Jelaskan kondisi ibu
saat ini, ibu inpartu kala III
2. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong dan
kontraksi uterus baik.
3. Lakukan manajemen aktif akal III
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1menit pertama setelah bayi lahir
Suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha
bagian
luar(Aspektus Lateralis).
Catatan:jika oksitosin tidak tersedia,minta ibu untuk melakukan stimulasi
putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan
menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika peraturan atau program
kesehatan memungkinkan,dapat diberikan misoprostol 600mcg (oral/sublingual)
sebagai pengganti oksitosin.
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
Catatan: jangan melakukan peregangan tali pusat tanpa diikuti
dengan
tekanan dorso kranial secara serentak pada bagian uterus (diatas syimpisis
pubis)
c. Masase fundus dalam waktu 15 detik
4. Melahirkan placenta, placenta lahir lengkap pukul 23.15 WIB
Kotiledon dan selaput utuh
a.
Panjang tali pusat : 40 cm
b.
Diameter placenta : 10 cm
c.
Berat placenta : 500 gr
d.
Tebal placenta : 3 cm
e.
Insersi : marginal
f.
Tidak ada kelainan placenta
5. Pada jalan lahir terdapat robekan perineum derajat 2
Melakukan heating perineum, lakukan heating
jelujur pada bagian dalam dan heating sub cutikuler pada perineum ibu
Perbaikan pada laserasi derajat 2 dilakukan lapis demi lapis
Sebalum melakukan heating berikan anastesi lokal dengan lidokain 0,5%
Aspirasikan dan kemudian suntikan sekitar 10 ml Lidokain 0,5% dibawah mukosa vagian,
dibawah kulit perineum dan pada otot-otot perineum lidokain diberikan lewat
pembuluh darah (I. V)
a. Jahitan
terputus menerus, ataupun jahitan simpul digunakan untuk merapatkan tepi mukosa
vagina dan submukosanya
b. Otot-otot yang dalam pada korpus perineum dijahit menjadi satu dengan
jahitan terputus
c. Jahitan subcutis bersambung atau jahitan terputus, yang disimpul
secara longgar, menyatukan kedua tepi kulit
6. Observasi keadaan umum ibu, tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan
Keadaan umum baik
TD : 100/70 mmHg,
Pols
: 80 x/mnt,
Temp
: 36,50C,
RR
: 21 x/mnt
KALA IV
Pukul 23.30 WI B
S : 1. Ibu merasa mulas dan
pedih dibagian perineumnya
2. Ibu merasa lelah
O : 1. 15 detik setelah massase
kontraksi uterus baik
2. Ruptur perineum derajat 2 dengan jahitan jelujur dan sub kutikuler
3. Keadaan umum baik
TD : 100/70 mmHg
Temp
: 36,50C
RR : 24 x/mnt
Pols : 80 x/mnt
4. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi uterus keras
5. Jumlah perdarahan 1500C
A : 1. Diagnosa
P3A0 partus spontan partu kala IV
Dasar : a. Ibu merasa mulas dan pedih pada bagian perineum
b. Ibu melahirkan anak ketiga
c. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi
uterus keras
2. Masalah
a. Gangguan rasa nyaman
Dasar : Ibu tampak kotor setelah melahirkan
b. Terdapat robekan perineum derajat 2
Dasar : Jumlah perdarahan 150 cc
3. Kebutuhan
a. Heating perineum
Dasar : 1) Perdarahan 150 cc
2) Ibu mengatakan pedih pada luka perineum
3) Luka derajat 2
b. Personal hygiene
dasar : Ibu tampak kotor setelah melahirkan
c. Early ambulation
Dasar : 1) Ibu tampak lelah
2) Luka perineum derajat 2
3) Ibu tampak kesakitan bila bergerak
P : 1. Lakukan
pengawasan kala IV
a. Observasi keadaan umum ibu, kontraksi uterus, pengeluaran urine dan
perdarahan tiap 15
menit pada jam 1 dan 30 menit pada jam ke-II
1) 2330 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/mnt, Suhu : 36,50C, RR : 22
x/mnt
TFU 2 jari dibawah pusat kontraksi uterus baik (keras), kandung
kemih kosong, perdarahan dalam batas normal
2) 2340 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 78 x/mnt, Suhu : 370C, RR : 22
x/mnt
TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan
dalam batas normal
3) 24.00 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/mnt, Suhu : 370C, RR : 22
x/mnt
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik (keras), kandung
kemih kosong, perdarahan dalam batas normal
4) 24.15 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/mnt, Suhu : 370C, RR : 22
x/mnt
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik (keras), kandung
kemih kosong perdarahan dalam batas normal
5) 24.30 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/mnt, Suhu : 370C, RR : 22
x/mnt
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik (keras), kandung
kemih kosong perdarahan dalam batas normal
6) 01.00 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 82 x/mnt, Suhu : 370C
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik (keras), kandung
kemih kosong perdarahan pervaginam
7) 02.30 : TD 100/70 mmHg, Nadi : 82 x/mnt, Suhu : 370C
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong perdarahan pervaginam sedikit.
b. Periksa kelengkapan placenta
c. Periksa pengeluaran darah
d. Luka heating rapat, tidak ada PUS, tidak ada perdarahan
2. Pindahkan ibu keruangan setelah 2 jam post partum
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
4. Anjurkan ibu untuk miring kanan dan kiri
5. Anjurkan ibu untuk makan dan minum
6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
7. Jelaskan ibu cara memassase fundus yaitu ; mengusap-usap fundus secara
sirkulasi selama 15 detik
8. Libatkan keluarga untuk membantu ambulasi dini pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad
Hakim, PhD, 1990, Harry Oxon Ilmu Kebidanan Patologis dan Fisiologi
Persalinan, Human Labor and Birth, Yayasan Essentia Medica
Mochtar,
R, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta
A.
Budi Marjono, 1999, Cakul, Obgin Plus + FKUI, Catatan Kuliah Obstetri
Ginekologi, Edisi Pertama
Tags
MAKALAH